Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menyatakan semburan lumpur di depan halaman rumah milik Liswati, warga Perumahan Kutisari Indah Utara Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Senin (23/9), tidak didominasi lumpur, melainkan murni minyak.
"Ini murni minyak," kata Whisnu Sakti Buana didampingi Camat Tenggilis Mejoyo A Daya Prasetyono saat mendatangi lokasi semburan lumpur, Selasa.
Menurut Whisnu, meski volume semburan lumpur sudah menurun, Pemkot Surabaya tetap melakukan pengawasan di lokasi selama sepekan.
"Sekarang memang sudah menurun, namun untuk memastikan kondisinya aman perlu dimonitor," katanya.
Baca juga: Volume semburan lumpur di rumah warga Kutisari Surabaya berkurang
Baca juga: Kasus semburan lumpur, warga Kutisari Surabaya diimbau tidak resah
Untuk itu, Whisnu meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya semburan lumpur minyak tersebut. Namun, ia meminta pihak Muspika dibantu kepolisian dan TNI bisa bekerja sama dalam melakukan penjagaan dan pemantauan di lokasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Eko Agus Supiadi sebelumnya mengatakan petugas DLH telah mengecek semburan lumpur di Perumahan Kutisari Indah Utara III itu, yang kemudian dinilainya bisa masuk dalam kategori berbahaya karena kualitas udara di sekitar lokasi kejadian ada peningkatan suhu.
"SO2 (Sulfur Dioksida)-nya di atas rata-rata, melebihi batas baku mutu," ujarnya.
Eko pun menyebut bahwa batas normalnya SO2 adalah 900 mikrogram per meter kubik. Sementara, dari pengukuran yang dilakukan di lokasi semburan dengan alat gas monitoring kit, kadar SO2-nya mencapai 1.396,36 mikrogram per m3. Hasil pengecekan sementara juga mengandung belerang.
Selain SO2, DLH juga mengukur Nitrogen Oksida (NO), ozon permukaan (O3), dan Karbon Monoksida (CO). Hasilnya, NO 0,0 mikrogram per meter kubik, O3 hasilnya 67,86, serta CO-nya 2.165,1. Sementara temperatur tercatat 27,9 derajat.
Mengenai tindakan selanjutnya, Eko mengatakan DLH Surabaya akan terus berkomunikasi dengan tim dari Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Ini murni minyak," kata Whisnu Sakti Buana didampingi Camat Tenggilis Mejoyo A Daya Prasetyono saat mendatangi lokasi semburan lumpur, Selasa.
Menurut Whisnu, meski volume semburan lumpur sudah menurun, Pemkot Surabaya tetap melakukan pengawasan di lokasi selama sepekan.
"Sekarang memang sudah menurun, namun untuk memastikan kondisinya aman perlu dimonitor," katanya.
Baca juga: Volume semburan lumpur di rumah warga Kutisari Surabaya berkurang
Baca juga: Kasus semburan lumpur, warga Kutisari Surabaya diimbau tidak resah
Untuk itu, Whisnu meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya semburan lumpur minyak tersebut. Namun, ia meminta pihak Muspika dibantu kepolisian dan TNI bisa bekerja sama dalam melakukan penjagaan dan pemantauan di lokasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Eko Agus Supiadi sebelumnya mengatakan petugas DLH telah mengecek semburan lumpur di Perumahan Kutisari Indah Utara III itu, yang kemudian dinilainya bisa masuk dalam kategori berbahaya karena kualitas udara di sekitar lokasi kejadian ada peningkatan suhu.
"SO2 (Sulfur Dioksida)-nya di atas rata-rata, melebihi batas baku mutu," ujarnya.
Eko pun menyebut bahwa batas normalnya SO2 adalah 900 mikrogram per meter kubik. Sementara, dari pengukuran yang dilakukan di lokasi semburan dengan alat gas monitoring kit, kadar SO2-nya mencapai 1.396,36 mikrogram per m3. Hasil pengecekan sementara juga mengandung belerang.
Selain SO2, DLH juga mengukur Nitrogen Oksida (NO), ozon permukaan (O3), dan Karbon Monoksida (CO). Hasilnya, NO 0,0 mikrogram per meter kubik, O3 hasilnya 67,86, serta CO-nya 2.165,1. Sementara temperatur tercatat 27,9 derajat.
Mengenai tindakan selanjutnya, Eko mengatakan DLH Surabaya akan terus berkomunikasi dengan tim dari Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019