Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur tertarik untuk menjadikan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo di wilayah setempat menjadi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang menghasilkan listrik dari sumber energi alternatif sampah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Madiun Suwarno di Madiun, Rabu, mengatakan minat besar tersebut muncul setelah Pemkot Madiun mendapat penawaran salah satu perusahaan dari Jakarta yang mengajukan proposal kerja sama pengelolaan TPA Winongo sebagai PLTSa kepada Pemkot Madiun.
"Benar, ada perusahaan dari Jakarta yang mengajukan untuk pengelolaan sampah di TPA Winongo menjadi energi listrik. Namun, tawaran ini masih dikaji ulang oleh Pak Wali Kota," ujarnya.
Pihaknya belum mengetahui prinsip kerja PLTSa dari perusahaan yang mengajukan penawaran tersebut.
Pihaknya juga belum membandingkan antara untung dan rugi keberadaan kegiatan tersebut bagi masyarakat Madiun.
"Sesuai rencana, Pemkot Madiun baru akan bisa mengetahui prinsip kerja pembangkit listrik tenaga sampah itu setelah adanya presentasi proposal kerja sama yang diajukan," kata dia.
Ia menjelaskan selama ini penanganan sampah organik di TPA Winongo Kota Madiun diolah atau didaur ulang menjadi bahan bakar alternatif gas metan yang disalurkan ke rumah warga di wilayah sekitar TPA dan menjadi pupuk.
Selain itu, sampah plastik diolah menjadi energi listrik dan bahan bakar minyak alternatif, namun kapasitasnya masih kecil.
Ia menilai untuk menyetujui wacana PLTSa tersebut juga harus mempertimbangkan pemanfaatan gas metan dari sampah di TPA Winongo. Saat ini, sekitar 200 keluarga di sekitar kawasan TPA menerima manfaat gas metan.
"Kami juga belum tahu, setelah digunakan untuk energi listrik, nantinya apa masih bisa digunakan untuk gas metan. Kalau tidak bisa, pastinya kasihan masyarakat sekitar TPA yang selama ini memanfaatkannya," kata dia.
Sesuai data, volume sampah yang masuk TPA Winongo Kota Madiun saat ini berkisar 100-115 ton per hari. Sampah tersebut, antara lain berasal dari sampah rumah tangga dan sampah usaha sektor jasa di Kota Madiun. Sampah-sampah tersebut bermacam-macam, mulai organik hingga plastik yang paling banyak.
Untuk pemilahannya, selain melibatkan para pemulung di TPA, juga melalui petugas bank sampah di tiap kelurahan dan sekolah-sekolah. Dalam pengolahan tersebut dilakukan pemilahan, seperti antara sampah organik dan plastik.
Warga Kota Madiun juga diminta melakukan pemilahan sampah rumah tangganya, antara sampah organik dan plastik, untuk memudahkan proses daur ulang berikutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Madiun Suwarno di Madiun, Rabu, mengatakan minat besar tersebut muncul setelah Pemkot Madiun mendapat penawaran salah satu perusahaan dari Jakarta yang mengajukan proposal kerja sama pengelolaan TPA Winongo sebagai PLTSa kepada Pemkot Madiun.
"Benar, ada perusahaan dari Jakarta yang mengajukan untuk pengelolaan sampah di TPA Winongo menjadi energi listrik. Namun, tawaran ini masih dikaji ulang oleh Pak Wali Kota," ujarnya.
Pihaknya belum mengetahui prinsip kerja PLTSa dari perusahaan yang mengajukan penawaran tersebut.
Pihaknya juga belum membandingkan antara untung dan rugi keberadaan kegiatan tersebut bagi masyarakat Madiun.
"Sesuai rencana, Pemkot Madiun baru akan bisa mengetahui prinsip kerja pembangkit listrik tenaga sampah itu setelah adanya presentasi proposal kerja sama yang diajukan," kata dia.
Ia menjelaskan selama ini penanganan sampah organik di TPA Winongo Kota Madiun diolah atau didaur ulang menjadi bahan bakar alternatif gas metan yang disalurkan ke rumah warga di wilayah sekitar TPA dan menjadi pupuk.
Selain itu, sampah plastik diolah menjadi energi listrik dan bahan bakar minyak alternatif, namun kapasitasnya masih kecil.
Ia menilai untuk menyetujui wacana PLTSa tersebut juga harus mempertimbangkan pemanfaatan gas metan dari sampah di TPA Winongo. Saat ini, sekitar 200 keluarga di sekitar kawasan TPA menerima manfaat gas metan.
"Kami juga belum tahu, setelah digunakan untuk energi listrik, nantinya apa masih bisa digunakan untuk gas metan. Kalau tidak bisa, pastinya kasihan masyarakat sekitar TPA yang selama ini memanfaatkannya," kata dia.
Sesuai data, volume sampah yang masuk TPA Winongo Kota Madiun saat ini berkisar 100-115 ton per hari. Sampah tersebut, antara lain berasal dari sampah rumah tangga dan sampah usaha sektor jasa di Kota Madiun. Sampah-sampah tersebut bermacam-macam, mulai organik hingga plastik yang paling banyak.
Untuk pemilahannya, selain melibatkan para pemulung di TPA, juga melalui petugas bank sampah di tiap kelurahan dan sekolah-sekolah. Dalam pengolahan tersebut dilakukan pemilahan, seperti antara sampah organik dan plastik.
Warga Kota Madiun juga diminta melakukan pemilahan sampah rumah tangganya, antara sampah organik dan plastik, untuk memudahkan proses daur ulang berikutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019