Bupati Pamekasan, Jawa Timur Baddrut Tamam menyatakan, seni budaya di Pamekasan ke depan harus terus berkembang, agar nuansa masyarakat serasa lebih sejuk dan asri,dan akan menjadikan pendopo pemkab, yakni Pendopo Ronggosukowati Pamekasan sebagai pendopo wisata.

"Pendopo ini akan kita buka di hari-hari tertentu agar masyarakat bisa mengetahui dan berbaur di pendopo ini," katanya saat menyampaikan Pidato Kebudayaan pada acara Gerilya Budaya VII, Rabu (7/8) malam.

Dalam kegiatan bertajuk "Kejhung Agung Satreya Ngoda" yang digelar dalam rangka mengenang wafatnya para seniman, sekaligus merayakan Hari Ulang Tahuan (HUT) Ke-20 Sanggar Seni Makan Ati itu, bupati menjelaskan, bahwa seni budaya merupakan salah satu media yang telah terbukti sukses dalam menyebarkan nilai-nilai luhur dan dakwah Islam di Indonesia.

Ia mencontohkan seperti penyebaran ajaran agama Islam yang dilakukan Wali Songo, seperti Sunan Bonang, Sunang Gunung Jati, dan Sunan Ampel. Mereka diterima ajaran agamanya oleh masyarakat hingga akhirnya Islam menyebar luas di berbagai belahan Bumi Nusantara karena melalui pendekatan media seni dan budaya.

Di zaman Wali Songo, kata Baddrut pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara saling asih, dan saling asuh, mengajak dengan dengan santun, dan tidak mengejek, serta sangat manusiawi dan senantiasa melakukan dan meletakkan posisi kemanusiaan sebagai prioritas utama.

Melalui pendekatan seni dan budaya, nilai-nilai ideologis dan teologis akhirnya tertanam dengan kuat, dan penyebaran Islam bisa berlangsung tanpa benturan di masyarakat.

Oleh karenanya, sambung dia, kesenian di Kabupaten Pamekasan harus didorong agar lebih maju dan kembali bangkit, dan salah satunya melalui alokasi anggaran yang cukup.

Bupati juga menginginkan agar kesenian bisa menjadi media dakwah yang efektif dalam membangun peradaban masyarakat yang lebih baik, yakni tatanan masyarakat yang inovatif, kreatif, akan tetapi tetap berorientasi pada nilai etik yang berkembang di masyarakat dan nilai-nilai normatif agama.
 
Selain itu, ia juga menyatakan, bahwa dana hibah yang diberikan Pemkab Pamekasan kepada Dewan Kesenian Pamekasan ke depan perlu ditambah, karena hibah senilai hanya Rp25 juta dinilai belum cukup.

"Kalau hibahnya hanya Rp25 juta, itu artinya tidak cinta kepada kesenian. Pak Sekda bisa menganggarkan ini," ucap bupati.

Terkait dengan rencana menjadi Pendopo Ronggosukowati Pamekasan sebagai pendopo wisata, karena ia menginginkan di Pendopo itu juga bisa menjadi tempat kegiatan para seniman dan budayawan Pamekasan dalam menggelar aktivitasnya.

Hal lain yang juga disampaikan Bupati Baddrut Tamam saat menyampaikan Pidato Kebudayaan pada acara Gerila Budaya VII itu tentang pentingnya membangun pola kepemimpinan tanpa jarak dengan masyarakat.

Prinsip ini, didasarkan pada pemikiran bahwa pemimpin sejatinya adalah pelayan dan pengayom masyarakat, bukan sebagai penguasa.

Bupati muda yang berpasangan dengan mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan Raja'e sebagai wakil ini juga menyampaikan terima kasih kepada kelompok seni yang ada di Pamekasan yang menurutnya telah berupaya menghidupkan kembali kesenian di Kabupaten Pamekasan.

"Kesenian itu memiliki kedalaman hati, dan saya juga pernah aktif di kesenian bahkan pernah pentas di sejumlah pementasan di Indonesia. Dari 12 kali pentas yang saya ikuti, 3 kali diantaranya pernah pentas di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)," katanya, menjelaskan.

Pada kesempatan itu, bupati juga menyerahkan penghargaan kepada seniman senior Abdurrahman, bahkan ikut memainkan musik tradisional daul bersama kelompok musik daul Putra Kembar.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019