Dua sekolah di Jawa Timur yakni SMK 5 Bojonegoro dan SMK Muhammadiyah 7 Kepanjen, Kabupaten Malang, ditunjuk oleh Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian menjadi pilot project atau proyek percontohan revitalisasi SMK.

Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Jatim Suhartono di Surabaya, Senin, mengatakan kedua sekolah nantinya akan mengikuti program revitalisasi SMK di bawah Kemenko Perekonomian yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2019/2020.

"Sampai saat ini, pelaksanaan revitalisasi SMK sudah memasuki tahapan penyusunan kurikulum hingga penyusunan proyek. Agustus ini kami ada penandatanganan perjanjian kerja sama dengan bu gubernur untuk penguatan pilot project ini," katanya.

Setelah itu, kemudian akan dilanjutkan pada tahapan assessment peralatan minimal dan peluncuran proyek percontohan. Kemudian terakhir tahapan monitoring serta evaluasi.

Suhartono menjelaskan terpilihnya dua SMK ini, karena dinilai sesuai dengan enam sektor yang digarap Kemenko Perekonomian dalam revitalisasi SMK/BLK. Misalnya, SMK 5 Bojonegoro dengan fokus sektor migas, sebab di lingkungan sekolah didukung oleh industri yang berkaitan dengan migas.

Begitupun di SMK Muhammadiyah 7 Kepanjen fokus keahlian Mekatronika yang termasuk dalam enam sektor proyek percontohan revitalisasi SMK/BLK.

"Jadi memang keduanya terpilih karena sesuai dengan sektor dan kompetensi yang digarap Kemenko Perekonomian dalam revitalisasi SMK/BLK," ucapnya.

Lebih lanjut, Suhartono mengatakan dalam revitalisasi SMK ini, pihak Kemenko Perekonomian memberikan bantuan dalam pembuatan kurikulum dan Training of Tranner (ToT).

Secara nasional, sebanyak 204 guru produktif, adaptif maupun normatif mengikuti pelatihan penyelarasan kurikulum ini. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas guru.

Di samping itu, sebanyak 53 instruktur yang berasal dari industri mitra sekolah maupun ahli juga dilibatkan dalam memberikan materi baik teori maupun praktik. Sedangkan untuk tenaga industri yang terlibat dalam ToT sebanyak 25 Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI)

"Kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan industri. Jadi, nanti industri tidak serta-merta menerima SMK kalau tidak ada kompetensinya," ucapnya.

Sebab, sambung dia, salah satu bentuk revitalisasi SMK yaitu menyesuaikan kurikulum sekolah sesuai dengan kebutuhan industri.

Maka dari itu, SMK-SMK yang ada di Jawa Timur diarahkan untuk memiliki Teaching Factory (TeFa), yaitu ruangan laboratorium yang dibentuk menyerupai industri.

"Ada modifikasi kurikulum. Tujuannya adalah penyelarasan kurikulum dengan kebutuhan industri. Artinya dalam kurikulum. Pada praktiknya benar-benar menyesuaikan industri," ujarnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019