Sejumlah petani kakao di wilayah Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengeluhkan serangan hama patek pada tanamannya yang hingga kini belum dapat ditangani.
Salah satu petani kakao setempat, Jayus, Sabtu, mengatakan, hama tersebut telah menyerang tanaman kakao sejak beberapa bulan terakhir jelang masa panen. Akibat serangan hama patek tersebut keuntungan dari hasil panennya menurun drastis karena buah kakao yang dipanen sedikit dan harganya anjlok akibat kualitasya yang buruk.
"Harga jualnya turun drastis. Sebelumnya saat kondisi normal harga jual kakao bisa mencapai Rp25.000 per kilogram. Sekarang hanya Rp17.000 per kilonya," ujar Jayus kepada wartawan di Madiun.
Menurut dia, luasan lahan yang diserang sudah mencapai puluhan hektare. Tidak hanya tanaman kakao di Desa Segulung yang diserang, namun juga tanaman kakao di Desa Mendak. Kedua desa ini merupakan sentra pembudidayaan tanaman kakao di Kabupaten Madiun.
Para petani sudah berusaha membasmi hama patek tersebut dengan menyemprot obat antihama. Namun, hingga berulangkali disemprot, hama tidak kunjung reda. Bahkan sebagian petani ada yang membakar kakaonya yang telah rusak akibat diserang hama tersebut.
Ia menjelaskan, ciri tanaman kakao yang terserang hama patek adalah bagian kulit luar buah kakao penuh dengan jamur yang ditandai dengan munculnya warna putih dan lesi atau spot pembusukan pada bagian kulit luar.
Dampak dari serangan hama tersebut, kualitas buah kakao menjadi jelek. Hal itu membuat harga kakao semakin anjlok.
Kasi Perkebunan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Muhammad Yasin menanggapi serangan patek tersebut meminta petani kakao untuk rajin merawat tanamannya terutama dalam menyemprot obat antihama.
Ia menilai petani baru menyemprot obat antihama saat tanaman sudah terserang hama. Seharusnya perawatan tanaman dilakukan secara rutin, termasuk saat tanaman masih belum terserang penyakit.
Menurutnya petani kurang melakukan perawatan tanaman, di antaranya rajin memangkas batang dan menjaga kebersihan lahan tanam.
"Yang kami lihat itu petani kurang ditahap mencegah. Setelah kena penyakit, biasanya susah diberantas selain dicabut dan dibakar. Karenanya kami meminta petani tanggap dan sigap mengantisipasi penyakit yang rawan menyerang," kata Yasin.
Adapun wilayah Kabupaten Madiun yang digunakan untuk sentra pembudidayaan kakao berada di lereng Gunung Wilis. Yakni di Kecamatan Dagangan, Kare, dan Gemarang.
Baca juga: Cabai impor "serbu" pasar tradisional di Kota Madiun
Baca juga: Papua Barat kejar ekspor kakao Ransiki hinggi ke Amerika Serikat
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Salah satu petani kakao setempat, Jayus, Sabtu, mengatakan, hama tersebut telah menyerang tanaman kakao sejak beberapa bulan terakhir jelang masa panen. Akibat serangan hama patek tersebut keuntungan dari hasil panennya menurun drastis karena buah kakao yang dipanen sedikit dan harganya anjlok akibat kualitasya yang buruk.
"Harga jualnya turun drastis. Sebelumnya saat kondisi normal harga jual kakao bisa mencapai Rp25.000 per kilogram. Sekarang hanya Rp17.000 per kilonya," ujar Jayus kepada wartawan di Madiun.
Menurut dia, luasan lahan yang diserang sudah mencapai puluhan hektare. Tidak hanya tanaman kakao di Desa Segulung yang diserang, namun juga tanaman kakao di Desa Mendak. Kedua desa ini merupakan sentra pembudidayaan tanaman kakao di Kabupaten Madiun.
Para petani sudah berusaha membasmi hama patek tersebut dengan menyemprot obat antihama. Namun, hingga berulangkali disemprot, hama tidak kunjung reda. Bahkan sebagian petani ada yang membakar kakaonya yang telah rusak akibat diserang hama tersebut.
Ia menjelaskan, ciri tanaman kakao yang terserang hama patek adalah bagian kulit luar buah kakao penuh dengan jamur yang ditandai dengan munculnya warna putih dan lesi atau spot pembusukan pada bagian kulit luar.
Dampak dari serangan hama tersebut, kualitas buah kakao menjadi jelek. Hal itu membuat harga kakao semakin anjlok.
Kasi Perkebunan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Muhammad Yasin menanggapi serangan patek tersebut meminta petani kakao untuk rajin merawat tanamannya terutama dalam menyemprot obat antihama.
Ia menilai petani baru menyemprot obat antihama saat tanaman sudah terserang hama. Seharusnya perawatan tanaman dilakukan secara rutin, termasuk saat tanaman masih belum terserang penyakit.
Menurutnya petani kurang melakukan perawatan tanaman, di antaranya rajin memangkas batang dan menjaga kebersihan lahan tanam.
"Yang kami lihat itu petani kurang ditahap mencegah. Setelah kena penyakit, biasanya susah diberantas selain dicabut dan dibakar. Karenanya kami meminta petani tanggap dan sigap mengantisipasi penyakit yang rawan menyerang," kata Yasin.
Adapun wilayah Kabupaten Madiun yang digunakan untuk sentra pembudidayaan kakao berada di lereng Gunung Wilis. Yakni di Kecamatan Dagangan, Kare, dan Gemarang.
Baca juga: Cabai impor "serbu" pasar tradisional di Kota Madiun
Baca juga: Papua Barat kejar ekspor kakao Ransiki hinggi ke Amerika Serikat
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019