Tiwa, warga Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, Pamekasan, Jawa Timur, tercatat berusia 103 tahun, yang merupakan calon haji tertua di Embarkasi Surabaya pada musim haji 2019, menurut catatan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat).
Nenek yang dikaruniai 10 cucu dari tiga orang anak kandungnya itu tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 11 Embarkasi Surabaya, yang Selasa ini memasuki Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
Kondisinya terlihat sehat saat turun dari bus yang mengantarnya ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Langkahnya terbilang cepat saat berjalan sembari menyeret koper menuju ke kamar yang disediakan.
"Saya berangkat haji sendirian," katanya dengan bahasa Madura kepada sejumlah wartawan yang menemui di kamarnya, yang berlokasi di Gedung D2 Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Selasa petang.
Tiwa memang tidak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya menguasai bahasa Madura. Suaminya sudah lama meninggal dunia.
Baca juga: Nenek penjual kacang asal Probolinggo berangkat haji
Tentang tenaganya yang terbilang kuat di usianya yang telah melebihi seabad, Tiwa mengaku rutin mengonsumsi telur, madu dan susu hampir setiap hari.
"Kalau tidak tiap hari, ya, seminggu sekali. Minum jamu ramuan Madura juga. Kadang suntik vitamin ke dokter," ujarnya.
Tiwa mengaku berasal dari keluarga petani. "Sekarang sudah tua tidak bekerja, yang bertani cucu-cucu saya," katanya.
Dia mengaku biaya haji sepenuhnya ditanggung oleh tiga orang anaknya.
Tiwa mengisahkan, dua dari tiga anak kandungnya sudah menyandang gelar haji. "Sekarang mereka memberangkatkan saya naik haji," katanya.
Bersama 445 orang di kloter 11 Embarkasi Surabaya yang seluruhnya berasal dari Pamekasan, Tiwa menurut jadwal akan terbang ke Tanah Suci pada pukul 01.00 WIB, Rabu dini hari, 10 Juli.
"Doakan saya menjadi haji mabrur," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Nenek yang dikaruniai 10 cucu dari tiga orang anak kandungnya itu tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 11 Embarkasi Surabaya, yang Selasa ini memasuki Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
Kondisinya terlihat sehat saat turun dari bus yang mengantarnya ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Langkahnya terbilang cepat saat berjalan sembari menyeret koper menuju ke kamar yang disediakan.
"Saya berangkat haji sendirian," katanya dengan bahasa Madura kepada sejumlah wartawan yang menemui di kamarnya, yang berlokasi di Gedung D2 Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Selasa petang.
Tiwa memang tidak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya menguasai bahasa Madura. Suaminya sudah lama meninggal dunia.
Baca juga: Nenek penjual kacang asal Probolinggo berangkat haji
Tentang tenaganya yang terbilang kuat di usianya yang telah melebihi seabad, Tiwa mengaku rutin mengonsumsi telur, madu dan susu hampir setiap hari.
"Kalau tidak tiap hari, ya, seminggu sekali. Minum jamu ramuan Madura juga. Kadang suntik vitamin ke dokter," ujarnya.
Tiwa mengaku berasal dari keluarga petani. "Sekarang sudah tua tidak bekerja, yang bertani cucu-cucu saya," katanya.
Dia mengaku biaya haji sepenuhnya ditanggung oleh tiga orang anaknya.
Tiwa mengisahkan, dua dari tiga anak kandungnya sudah menyandang gelar haji. "Sekarang mereka memberangkatkan saya naik haji," katanya.
Bersama 445 orang di kloter 11 Embarkasi Surabaya yang seluruhnya berasal dari Pamekasan, Tiwa menurut jadwal akan terbang ke Tanah Suci pada pukul 01.00 WIB, Rabu dini hari, 10 Juli.
"Doakan saya menjadi haji mabrur," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019