Pelaksanaan Festival Sastra di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu, dihadiri ratusan pegiat sastra daerah setempat, selain itu juga dihadiri sejumlah sastrawan yang salah satunya Candra Malik.
Dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, festival yang digelar di Pendopo Kabupaten Banyuwangi itu dihadiri pula sastrawan asal Banyuwangi Fatah Yasin Nor, Samsuddin Adlawi, Bambang Lukito hingga Iqbal Baraas.
Sastrawan Candra Malik mengapresiasi Banyuwangi yang telah konsisten menggelar Festival Sastra selama tiga tahun terakhir. Dengan dilaksanakan festival ini, akan menggiatkan budaya literasi di kalangan generasi muda, sekaligus proses regenerasi sastrawan di Banyuwangi.
"Konsistensi mengajak generasi muda untuk mencintai sastra ini akan membawa festival sastra Banyuwangi semakin diperhitungkan banyak kalangan. Ditunjang bahan-bahan sastrawi yang banyak terserak di Banyuwangi, mulai dari sejarah hingga keindahan alamnya, akan menyuburkan tradisi sastra di Banyuwangi," kata Candra.
Menurutnya, yang menarik dari festival ini digelar di tengah berkembangnya pariwisata Banyuwangi. Sastra secara tidak langsung diikhtiarkan sebagai tujuan wisata.
"Sehingga, orang yang ke Banyuwangi tidak hanya untuk mengunjungi objek wisata, namun juga untuk tujuan mempelajari khazanah budaya dan kesusastraan asli Banyuwangi. Menarik ini," paparnya.
Dalam kesempatan itu, sejumlah sastrawan Banyuwangi juga berbagi ilmu menulis sastra yang benar di media massa dan media cetak, di antaranya Samsudin Adlawi menyajikan materi etika menulis di media sosial.
"Meski akun pribadi, namun apa yang kita tuliskan hendaklah yang berfaedah. Contohnya menulis karya sastra, sehingga bisa menginspirasi orang lain. Dan yang penting, untuk menghasilkan karya sastra yang baik kita harus rajin membaca. Targetkan berapa buku yang harus kita baca dalam satu bulan untuk memperluas wawasan kita," kata Samsuddin.
Selain itu, ada pula Muhammad Iqbal Baras yang membedah bukunya "Mawar Gandrung", dan terakhir Bambang Lukito yang menyampaikan materi pengaruh sastra dan budaya terhadap pengembangan Pariwisata.
Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko pada kesempatan itu mengatakan kegiatan Festival Sastra merupakan salah satu media yang sangat positif bagi perkembangan kreativitas, di samping sebagai sarana penyaluran bakat siswa.
"Menulis dan membaca itu sangat penting, ini akan bisa menjadi inspiratif semua. Dengan membaca akan terbentuk kemampuan berfikir yang lebih berkualitas melalui suatu proses, seperti, menangkap gagasan, informasi serta dapat memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan dan selanjutnya menjadi lebih kreatif," katanya usai saat membuka festival.
Festival Sastra ini digelar dalam rangkaian acara, dan seminggu sebelumnya diisi dengan lomba menulis cerpen tingkat SLTP dan SLTA.
"Inilah waktunya, penggemar sastra, para pembaca bertemu dengan penulis dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Sekaligus even ini juga wadah bagi pelajar untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kesusasteraan," ujar Wabup Yusuf.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, festival yang digelar di Pendopo Kabupaten Banyuwangi itu dihadiri pula sastrawan asal Banyuwangi Fatah Yasin Nor, Samsuddin Adlawi, Bambang Lukito hingga Iqbal Baraas.
Sastrawan Candra Malik mengapresiasi Banyuwangi yang telah konsisten menggelar Festival Sastra selama tiga tahun terakhir. Dengan dilaksanakan festival ini, akan menggiatkan budaya literasi di kalangan generasi muda, sekaligus proses regenerasi sastrawan di Banyuwangi.
"Konsistensi mengajak generasi muda untuk mencintai sastra ini akan membawa festival sastra Banyuwangi semakin diperhitungkan banyak kalangan. Ditunjang bahan-bahan sastrawi yang banyak terserak di Banyuwangi, mulai dari sejarah hingga keindahan alamnya, akan menyuburkan tradisi sastra di Banyuwangi," kata Candra.
Menurutnya, yang menarik dari festival ini digelar di tengah berkembangnya pariwisata Banyuwangi. Sastra secara tidak langsung diikhtiarkan sebagai tujuan wisata.
"Sehingga, orang yang ke Banyuwangi tidak hanya untuk mengunjungi objek wisata, namun juga untuk tujuan mempelajari khazanah budaya dan kesusastraan asli Banyuwangi. Menarik ini," paparnya.
Dalam kesempatan itu, sejumlah sastrawan Banyuwangi juga berbagi ilmu menulis sastra yang benar di media massa dan media cetak, di antaranya Samsudin Adlawi menyajikan materi etika menulis di media sosial.
"Meski akun pribadi, namun apa yang kita tuliskan hendaklah yang berfaedah. Contohnya menulis karya sastra, sehingga bisa menginspirasi orang lain. Dan yang penting, untuk menghasilkan karya sastra yang baik kita harus rajin membaca. Targetkan berapa buku yang harus kita baca dalam satu bulan untuk memperluas wawasan kita," kata Samsuddin.
Selain itu, ada pula Muhammad Iqbal Baras yang membedah bukunya "Mawar Gandrung", dan terakhir Bambang Lukito yang menyampaikan materi pengaruh sastra dan budaya terhadap pengembangan Pariwisata.
Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko pada kesempatan itu mengatakan kegiatan Festival Sastra merupakan salah satu media yang sangat positif bagi perkembangan kreativitas, di samping sebagai sarana penyaluran bakat siswa.
"Menulis dan membaca itu sangat penting, ini akan bisa menjadi inspiratif semua. Dengan membaca akan terbentuk kemampuan berfikir yang lebih berkualitas melalui suatu proses, seperti, menangkap gagasan, informasi serta dapat memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan dan selanjutnya menjadi lebih kreatif," katanya usai saat membuka festival.
Festival Sastra ini digelar dalam rangkaian acara, dan seminggu sebelumnya diisi dengan lomba menulis cerpen tingkat SLTP dan SLTA.
"Inilah waktunya, penggemar sastra, para pembaca bertemu dengan penulis dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Sekaligus even ini juga wadah bagi pelajar untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kesusasteraan," ujar Wabup Yusuf.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019