Dinas Kesehatan Pamekasan, Jawa Timur berupaya menekan angka balita yang mengalami kekerdilan, dengan menggencarkan sosialisasi sadar gizi kepada masyarakat dan ibu hamil di wilayah itu.
Menurut Kasi Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Pamekasan, Rizki Syamlan di Pamekasan, Senin, mengatakan langkah itu dilakukan karena di Pamekasan ditemukan banyak balita yang mengalami kekerdilan.
"Berdasarkan hasi pendataan petugas di lapangan, jumlah balita di Pamekasan yang mengalami kekerdilan mencapai 1.341 balita," katanya.
Data balita kerdil ini, ditemukan di 10 desa yang tersebar di tiga kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Masing-masing di Kecamatan Palengaan, Pademawu dan Kecamatan Proppo.
"Dari tiga kecamatan ini, yang terbanyak di Kecamatan Palengaan, yakni tersebar di lima desa," kata Syamlan.
Terbanyak kedua ialah di Kecamatan Proppo, yakni di tiga desa, dan terbanyak ketiga di Kecamatan Pademawu, yakni di dua desa.
Syamlam lebih lanjut menjelaskan, di lima desa yang balitanya ditemukan mengalami kekerdilan masing-masing di Desa Angsanah, Banyupele, Rek-kerek, Panaan, dan Desa Potoan Daya.
Di Kecamatan Proppo masing-masing ditemukan di Desa Candi Burung, Desa Campor, dan di Desa Pangbadok, sedangkan di Kecamatan Pademawu ditemukan di Desa Jarin dan Desa Durbuk.
Kasi Promkes-Pemas Dinkes Pamekasan Rizki Syamlan lebih lanjut menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan balita mengalami kekerdilan. Antara lain kurangnya nutrisi dalam tubuh seperti lemak, karbohidrat, dan protein.
"Selain itu, karena minimnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga janin sejak dalam kandungan," Syamlan.
Sebagian masyarakat di Pamekasan, sambung dia, masih ada yang mengangap bahwa balita gemuk bertanda sehat. Padahal, kegemukan di usia yang tidak wajar merupakan gejala penyakit kerdil dan kurang gizi.
Syamlan selanjutnya menjelaskan, orang hendaknya memperhatikan beberapa hal, agar anaknya terhindar dari kasus kekerdilan. Antara lain pemberian ASI ekslusif pada bayi, mencuci tangan pakai sabun dengan menggunakan air bersih yang mengalir, menggunakan jamban sehat, dan makan buah dan sayur setiap hari.
Oleh karenanya, sambung dia, saat ini pihaknya terus menggencarkan sosialiasasi tentang pentingnya asupan gizi pada balita, termasuk pada ibu hamil, agar terhindar dari kasus kerdil tersebut.
Sementara itu, menurut data Dinkes Jatim, Kabupaten Pamekasan termasuk dari 12 kabupaten/kota yang menjadi lokus balita kerdil akibat kurang gizi. Kabupaten lain di Pulau Madura yang juga masuk dari 12 kabupaten/kota sebagai lokus balita kerdil adalah Sampang dan Bangkalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Menurut Kasi Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Pamekasan, Rizki Syamlan di Pamekasan, Senin, mengatakan langkah itu dilakukan karena di Pamekasan ditemukan banyak balita yang mengalami kekerdilan.
"Berdasarkan hasi pendataan petugas di lapangan, jumlah balita di Pamekasan yang mengalami kekerdilan mencapai 1.341 balita," katanya.
Data balita kerdil ini, ditemukan di 10 desa yang tersebar di tiga kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Masing-masing di Kecamatan Palengaan, Pademawu dan Kecamatan Proppo.
"Dari tiga kecamatan ini, yang terbanyak di Kecamatan Palengaan, yakni tersebar di lima desa," kata Syamlan.
Terbanyak kedua ialah di Kecamatan Proppo, yakni di tiga desa, dan terbanyak ketiga di Kecamatan Pademawu, yakni di dua desa.
Syamlam lebih lanjut menjelaskan, di lima desa yang balitanya ditemukan mengalami kekerdilan masing-masing di Desa Angsanah, Banyupele, Rek-kerek, Panaan, dan Desa Potoan Daya.
Di Kecamatan Proppo masing-masing ditemukan di Desa Candi Burung, Desa Campor, dan di Desa Pangbadok, sedangkan di Kecamatan Pademawu ditemukan di Desa Jarin dan Desa Durbuk.
Kasi Promkes-Pemas Dinkes Pamekasan Rizki Syamlan lebih lanjut menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan balita mengalami kekerdilan. Antara lain kurangnya nutrisi dalam tubuh seperti lemak, karbohidrat, dan protein.
"Selain itu, karena minimnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga janin sejak dalam kandungan," Syamlan.
Sebagian masyarakat di Pamekasan, sambung dia, masih ada yang mengangap bahwa balita gemuk bertanda sehat. Padahal, kegemukan di usia yang tidak wajar merupakan gejala penyakit kerdil dan kurang gizi.
Syamlan selanjutnya menjelaskan, orang hendaknya memperhatikan beberapa hal, agar anaknya terhindar dari kasus kekerdilan. Antara lain pemberian ASI ekslusif pada bayi, mencuci tangan pakai sabun dengan menggunakan air bersih yang mengalir, menggunakan jamban sehat, dan makan buah dan sayur setiap hari.
Oleh karenanya, sambung dia, saat ini pihaknya terus menggencarkan sosialiasasi tentang pentingnya asupan gizi pada balita, termasuk pada ibu hamil, agar terhindar dari kasus kerdil tersebut.
Sementara itu, menurut data Dinkes Jatim, Kabupaten Pamekasan termasuk dari 12 kabupaten/kota yang menjadi lokus balita kerdil akibat kurang gizi. Kabupaten lain di Pulau Madura yang juga masuk dari 12 kabupaten/kota sebagai lokus balita kerdil adalah Sampang dan Bangkalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019