Puluhan hektare pohon jeruk pamelo di Kabupaten Magetan, Jawa Timur mati akibat mengalami kekeringan pada musim kemarau yang terjadi saat ini, hingga membuat petani setempat mengalami kerugian.
Seorang petani jeruk pamelo di Desa Pojoksari, Kecamatan Sukomoro, Sumi di Magetan, Kamis, mengatakan kerugian yang dialami petani mencapai puluhan juta rupiah karena pohon jeruk yang mati rata-rata dalam masa produktif.
"Petani rugi banyak, karena pohon jeruk mati sebelum berbuah. Pohon yang mati kebanyakan berumur tiga tahun yang merupakan masa produktif," ujar Sumi kepada wartawan.
Menurut dia, dampak kekurangan air membuat daun-daun dari pohon jeruk khas Magetan tersebut kering dan rontok. Kemudian, secara perlahan, tanaman akhirnya mati.
Karena telah mati, petani terpaksa mencabutnya. Setelah itu, batang dari pohon tersebut digunakan untuk kayu bakar.
Petani berharap ada bantuan bibit baru dari pemerintah daerah setempat, sehingga kerugian dapat ditekan. Selain itu, petani juga berharap pemda melakukan pemasangan sumur pompa di wilayah setempat, sehingga bisa menjadi solusi bagi petani jeruk pamelo pada saat musim kemarau.
Sementara, perangkat desa setempat, Purwito mengatakan, sesuai hasil pemantauan, kondisi pohon jeruk pamelo yang mati akibat kekeringan terjadi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Sukomoro dan Bendo.
Pihaknya telah membantu kelompok tani jeruk pamelo dengan melaporkan kondisi tersebut ke kantor desa dan selanjutnya diteruskan ke dinas terkait.
"Hasilnya, Pemkab Magetan melalui dinas terkait sudah memberikan bantuan bibit pohon jeruk pamelo yang baru. Namun, memang jumlahnya belum sesuai dengan volume tanaman yang mati," kata Purwito.
Kabupaten Magetan dikenal sebagai daerah penghasil jeruk pamelo. Di Magetan yang merupakan sentra penghasil jeruk Pamelo terdapat di Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan (Betasuka).
Data Dinas Pertanian setempat mencatat, populasi pohon jeruk pamelo di Magetan telah mencapai lebih dari 582.845 pohon, yang tersebar di sentra penanaman dengan luas wilayah mencapai lebih dari 450 hektare. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Seorang petani jeruk pamelo di Desa Pojoksari, Kecamatan Sukomoro, Sumi di Magetan, Kamis, mengatakan kerugian yang dialami petani mencapai puluhan juta rupiah karena pohon jeruk yang mati rata-rata dalam masa produktif.
"Petani rugi banyak, karena pohon jeruk mati sebelum berbuah. Pohon yang mati kebanyakan berumur tiga tahun yang merupakan masa produktif," ujar Sumi kepada wartawan.
Menurut dia, dampak kekurangan air membuat daun-daun dari pohon jeruk khas Magetan tersebut kering dan rontok. Kemudian, secara perlahan, tanaman akhirnya mati.
Karena telah mati, petani terpaksa mencabutnya. Setelah itu, batang dari pohon tersebut digunakan untuk kayu bakar.
Petani berharap ada bantuan bibit baru dari pemerintah daerah setempat, sehingga kerugian dapat ditekan. Selain itu, petani juga berharap pemda melakukan pemasangan sumur pompa di wilayah setempat, sehingga bisa menjadi solusi bagi petani jeruk pamelo pada saat musim kemarau.
Sementara, perangkat desa setempat, Purwito mengatakan, sesuai hasil pemantauan, kondisi pohon jeruk pamelo yang mati akibat kekeringan terjadi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Sukomoro dan Bendo.
Pihaknya telah membantu kelompok tani jeruk pamelo dengan melaporkan kondisi tersebut ke kantor desa dan selanjutnya diteruskan ke dinas terkait.
"Hasilnya, Pemkab Magetan melalui dinas terkait sudah memberikan bantuan bibit pohon jeruk pamelo yang baru. Namun, memang jumlahnya belum sesuai dengan volume tanaman yang mati," kata Purwito.
Kabupaten Magetan dikenal sebagai daerah penghasil jeruk pamelo. Di Magetan yang merupakan sentra penghasil jeruk Pamelo terdapat di Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan (Betasuka).
Data Dinas Pertanian setempat mencatat, populasi pohon jeruk pamelo di Magetan telah mencapai lebih dari 582.845 pohon, yang tersebar di sentra penanaman dengan luas wilayah mencapai lebih dari 450 hektare. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019