Masyarakat di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur merayakan lebaran ketupat dengan berbagai cara, mulai dari mengarak hubungan ketupat, lomba membuat cangkang ketupat masal, pawai budaya, festival balon udara, aksi paralayang hingga pemberian hadiah umroh gratis.

Semarak Lebaran Ketupat 2019 yang jatuh pada H+8 Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah itu sudah tampak sejak Selasa (11/6) petang hingga Rabu pagi.

Dimulai di wilayah Desa Widoro, Kecamatan Gandusari yang ditandai dengan bazar ketupat dan aneka kegiatan seni yang dikemas dalam acara "Night Festival".

Puncak acara lebaran ketupat berlanjut pada Rabu pagi yang terpecah di dua titik lokasi berbeda, yakni di wilayah Kecamatan Durenan dan Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek.

Di daerah yang disebut pertama ini menjadi titik konsentrasi massa terbesar sebagai wilayah tradisional yang telah menggelar tradisi lebaran ketupat sejak ratusan tahun lalu itu.

Seremoni dimulai dengan mengarak gunungan menyerupai tumpeng yang diisi ratusan buah ketupat, keliling kampung sebelum akhirnya "dipurak" atau diperebutkan oleh warga.

Acara dilanjutkan dengan kegiatan membuat cangkang ketupat secara masal, pawai budaya di Kelurahan Kelutan serta festival balon udara di Stadion Menak Sopal, Trenggalek.

Plt Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin yang tampak hadir dalam seremoni perayaan Lebaran ketupat dan beranjangsana ke kediaman sejumlah tokoh dan warga didampingi istri dan anak-anaknya, mengaku senang dengan tradisi khas masyarakat Durenan yang kini banyak ditiru daerah-daerah lain tersebut.

"Pemerintah daerah ingin memaksimalkan bagaimana buaya ini bisa dikolaborasikan agar menjadi festival yang bisa dinikmati semua orang dan bukan saja oleh masyarakat Trenggalek," kata Bupati Nur Arifin dikonfirmasi usai acara.
Plt Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin (ketiga kanan) bersnaa jajaran forkopimda dan tokoh agama tokoh masyarakat sesaat jelang pelepasan gunungan ketupat dalam tradisi lebaran ketupat di Durenan, Trenggalek, Rabu (12/6) (ist)

Bupati yang masih muda itu mengaku memiliki obsesi untuk menjadikan festival kupat yang sudah dirintis pada tahun ini bisa masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam hal pembuatan kupat terbanyak.

"Ini akulturasi antara kebiasaan berpuasa Syawal, kemudian dirayakan oleh masyarakat sekitar. Yang awalnya dimiliki komunitas kecil kini menjadi kepemilikan seluruh masyarakat Trenggalek dan bahkan searea yang lain, Tulungagung dan sekitarnya," katanya.
 
Sementara festival balon udara di Stadion Menak Sopal akhirnya ditunda Kamis (13/6) pagi sekitar pukul 06.00-07.00 WIB agar balon bisa mengudara optimal tanpa gangguan angin sebagaimana pada Rabu siang.



 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019