Pelajar dari keluarga mampu di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus aktif menggalang kepedulian sosial dalam gerakan "siswa asuh sebaya" dengan menyisihkan uang saku mereka dan kemudian diberikan kepada siswa kurang mampu.

Dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, Selasa, pelajar dari keluarga mampu setiap pekan rutin menyisihkan uang sakunya dan diberikan kepada siswa kurang mampu guna menopang pendidikan mereka.

"Pengelolaan dana dilakukan sendiri oleh siswa, dari siswa dan untuk siswa. Pengurus sekolah hanya mengetahui. Jadi tercipta kepedulian sosial sejak dini, kelak mereka tumbuh sebagai anak yang peduli dalam ikatan sosial yang kuat," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Pada Ramadhan tahun ini, pelajar Banyuwangi membagikan telah 4.288 paket sembako untuk para pelajar dari keluarga kurang mampu dan kaum dhuafa dalam kegiatan SAS "bergerak berbagi untuk sesama" yang dipusatkan di di SMPN 1 Muncar.

Pelajar dari 769 sekolah dasar (SD) dan 73 SMP bergerak bersama-sama membagikan ribuan paket sembako tersebut kepada sesama.

"Berbagi dengan sesama adalah kebiasaan baik yang harus ditanamkan sejak kecil. Saya bangga anak-anak Banyuwangi sudah memiliki kesadaran tinggi tentang hal ini. Semoga istiqomah anak-anakku. Ingat, dengan banyak sedekah, kalian tidak akan kekurangan, justru ini menjadi pintu pembuka kesuksesan kalian kelak," kata Anas kepada para pelajar.

SAS dikembangkan sejak 2011 untuk mendorong empati dan solidaritas di kalangan pelajar, dan sejak 2011 SAS telah berhasil mengumpulkan dana hingga Rp17,17 miliar untuk membantu para pelajar kurang mampu.

"Uang SAS digunakan untuk mendukung pendidikan pelajar kurang mampu. Misalnya ada pelajar kurang mampu tidak punya sepeda angin, dibelikan dari dana itu. Bahkan di media sosial sering saya lihat mereka berangkat bareng ke pasar beli sepeda," paparnya.

Tidak hanya itu, kata Anas, ada pula untuk membeli kacamata jika pelajar kurang mampu bermasalah dengan kesehatan matanya.

Menurut Bupati Anas, program SAS yang menjadi nominator MDGs (Millennium Development Goals) Award pada 2014 adalah pengejawantahan sikap gotong royong yang menjadi karakter khas Indonesia.

"Dananya di tiap sekolah dilaporkan transparan, karena ini basisnya per sekolah. Jadi sekaligus membangun rasa saling percaya di antara masyarakat kita sejak dini," tuturnya.

Anisa Septi, salah seorang siswa mengaku ada kebahagiaan tersendiri bisa membantu temannya yang membutuhkan.

"Sama sekali tidak keberatan meskipun uang saku saya harus berkurang. Apalagi puasa gini, kita merasakan kalau enggak makan seharian, jadi tambah semangat aja ingin membantu sesama," kata Anisa yang juga tim pengelola SAS di SMPN 3 Muncar. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019