Kepala Kepolisian Daerah Irjen Pol Luki Hermawan menyebut otak pembakaran Mapolsek Tambelangan, Sampang beberapa waktu lalu adalah oknum seorang habib bernama Abdul Kodir Alhadad atau AK.

"Kami mendapat alat komunikasi di rumah AK. Ini aktor intelektualnya adalah habib AK. Dia yang merencanakan, dia menyiapkan segala macam," kata Luki saat merilis kasus itu di Mapolda Jatim di Surabaya, Senin.

Kapolda mengatakan, selain habib AK, polisi juga menahan Hadi, Supandi, habib Hasan dan Ali.

"Lainnya memang ikut melempar tapi aktor intelektualnya habib AK. Dia bawa 70 orang yang sudah diarahkan. Yang lainnya habib H itu yang menghadang pemadam kebakaran yang ingin memadamkan polsek," ucapnya.

Selain enam orang yang sudah diamankan, Polda Jatim masih memburu enam orang oknum habib yang diduga turut berperan dalam pembakaran Mapolsek Tambelangan.

"Tokoh agama di Sampang akan membantu proses kasus ini secara transparan. Kami juga berharap masyarakat Sampang yang terlibat menyerahkan diri," ujarnya.

Luki menjelaskan, motif pembakaran Mapolsek Tambelangan adalah didasari kekecewaan para pelaku yang ingin berangkat ke Jakarta pada tanggal 21 Mei. Namun, polisi menghalau dan mengembalikan mereka ke daerahnya

"Kedua adanya kiriman video dari rekannya di Jakarta memyampaikan mohon doanya saya tidak bisa keluar terkepung, ini diviralkan dan jadi rame. Sebenernya yang terlibat ini hubungannya baik juga dengan polsek," ujarnya.

Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan pasal berlapis yaitu pasal 200, pasal 187, dan pasal 170 KUHP dengan acaman hukuman lima tahun penjara.

Sebelumnya, Kantor Polsek Tambelangan, Sampang, Jawa Timur, dibakar massa. Pembakaran terjadi pada Rabu, (22/5) malam, tepatnya sekitar pukul 22.00 WIB. Pembakaran berawal dari adanya sekelompok massa yang datang secara tiba-tiba ke Mapolsek Tambelangan, Sampang.

Massa itu selanjutnya melempari kantor mapolsek dengan menggunakan batu. Polisi berupaya memberikan pengertian dan melarang mereka berbuat anarkis, namun tidak diindahkan. Dalam hitungan menit, jumlah massa semakin banyak dan semakin bringas, hingga akhirnya terjadi pembakaran.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019