Sekitar 15 sekolah tangguh bencana siap dibentuk di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada 2019 sebagai upaya penguatan budaya masyarakat tangguh bencana khususnya di kalangan anak-anak SD dan SMP.   

"Tahun ini targetnya sekolah tangguh bencana dibentuk di 15 SD dan SMP," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Perlindungan Masyarakat (BPBD Linmas) Kota Surabaya Eddy Christijanto kepada Antara di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, Pemkot Surabaya sejak 2018 telah membentuk sekolah tangguh bencana baik di tingkat SD maupun SMP. Ia menyebut sudah ada sekitar 15 sekolah baik S Ddan SMP dilatih dan diedukasi tentang darurat bencana, meliputi bencana gempa bumi, kebakaran dan kecelakaan di jalan atau sekolah serta pertolongan pertama medis dengan pelatihan restutisi jantung. 

Sekolah tersebut, lanjut dia, wajib membuat Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Sekolah Tangguh Bencana. Selain itu di sekolah tersebut sudah disepakati titik kumpul apabila terjadi bencana.

"Sekolah tanggung bencana itu salah satunya bisa dilihat di SMP 9 dan SMP 8," ujarnya.

Eddy mengatakan sesuai amanat UU pemerintah hanya diwajib bentuk kelurahan siaga bencana. Hanya saja, lanjut dia, tidak hanya kelurahan siaga bencana saja, melainkan pihaknya mengembangkannya ke sekolah tangguh bencana.

Adapun alasan dibentuknya sekolah tangguh bencana, lanjut dia, bahwa siswa sekolah lebih mudah menerima dan mengingat pelajaran dan edukasi tentang apapun termasuk mitigasi bencana. "Saat ini sudah sekitar 60 kelurahan tangguh bencana dan 15 sekolah tangguh bencana," katanya.

BPBD Linmas Surabaya sendiri sebelumnya sudah melakukan mitigasi bencana kepada 300-an SMP negeri maupun swasta dan 700-an SD negeri dan swasta di Kota Surabaya pada 9-20  Oktober 2018. 

Diketahui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo bersama dengan 10 kepala daerah di tingkat provinsi dan daerah istimewa berkomitmen untuk penguatan budaya masyarakat tangguh bencana. 

Untuk itu, daerah dituntut mampu menyusun rencana jangka panjang karena peristiwa alam akan berulang.  Melalui penguatan budaya ini, pengetahuan budaya atau kearifan lokal mampu terus hidup di dalam masyarakat sehingga sejak dini anak-anak mendapatkan pemahaman terkait potensi ancaman di sekitar. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019