Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan kewaspadaan menghadapi ancaman bencana banjir masih diberlakukan, karena musim kemarau di Bojonegoro diperkirakan baru akan mulai pada dasarian III April.
"Kewaspadaan menghadapi ancaman banjir masih diberlakukan, sebab di daerah kami masuk musim kemarau akhir April,," kata Pelaksana Tugas BPBD Bojonegoro Nadif Ulfia, di Bojonegoro, Kamis.
Sesuai prakiraan cuaca yang baru diterima dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, lanjut dia, curah hujan di daerahnya masih tinggi sampai memasuki akhir April.
Sesuai data BMKG Karangploso, Malang, yang baru diterima BPBD menyebutkan curah hujan di daerahnya masih tinggi berkisar 401-500 milimeter yang berpotensi menimbulkan bencana banjir, selain tanah longsor.
"Curah hujan yang terjadi sampai April masih tinggi berpeluang menimbulkan banjir," ujarnya.
Namun, pihaknya tidak bisa memastikan bahwa curah hujan itu juga berpotensi menimbulkan banjir luapan Bengawan Solo.
Sebab, terjadinya banjir luapan Bengawan Solo di daerah hilir, Jawa Timur, juga dipengaruhi banyak faktor akibat curah hujan tinggi di daerah hulu, Jawa Tengah.
"Banjir luapan Bengawan Solo dipengaruhi curah hujan di hulunya tidak hanya curah hujan lokal. Kalau saat ini kondisi Bengawan Solo dari hulu sampai hilir Jawa Timur, aman tidak menimbulkan banjir," kata dia menjelaskan.
Yang jelas, kata dia, BPBD masih tetap siaga dengan menyediakan berbagai kebutuhan dalam menghadapi ancaman bencana banjir.
"Persediaan sembako untuk korban bencana masih tersedia lebih dari cukup," katanya.
Data yang diperoleh dari Perum Jasa Asa (PJT) I Divisi Jasa ASA III/3 di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air Bengawan di Jurug, Solo, Jawa Tengah, cenderung turun menjadi 80,25 meter, Kamis pukul 09.00 WIB.
Di Bengawan Madiun di Ndungus, Ngawi, pada waktu bersamaan, ketinggian air mengalami kenaikan menjadi 40,05 meter. SEdangkan di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, stabil 23,60 meter jauh di bawah siaga banjir.
Sedangkan di taman Bengawan Solo (TBS) di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, juga turun menjadi 10,67 meter. Di hilirnya Babat, Lamongan, juga turun menjadi 6,00 meter.
Tapi di Laren, dan Karanggeneng, dan Kuro, semuanya di Lamongan, masih siaga hijau masing-masing 4,65 meter, 3,59 meter dan 1,62 meter. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kewaspadaan menghadapi ancaman banjir masih diberlakukan, sebab di daerah kami masuk musim kemarau akhir April,," kata Pelaksana Tugas BPBD Bojonegoro Nadif Ulfia, di Bojonegoro, Kamis.
Sesuai prakiraan cuaca yang baru diterima dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, lanjut dia, curah hujan di daerahnya masih tinggi sampai memasuki akhir April.
Sesuai data BMKG Karangploso, Malang, yang baru diterima BPBD menyebutkan curah hujan di daerahnya masih tinggi berkisar 401-500 milimeter yang berpotensi menimbulkan bencana banjir, selain tanah longsor.
"Curah hujan yang terjadi sampai April masih tinggi berpeluang menimbulkan banjir," ujarnya.
Namun, pihaknya tidak bisa memastikan bahwa curah hujan itu juga berpotensi menimbulkan banjir luapan Bengawan Solo.
Sebab, terjadinya banjir luapan Bengawan Solo di daerah hilir, Jawa Timur, juga dipengaruhi banyak faktor akibat curah hujan tinggi di daerah hulu, Jawa Tengah.
"Banjir luapan Bengawan Solo dipengaruhi curah hujan di hulunya tidak hanya curah hujan lokal. Kalau saat ini kondisi Bengawan Solo dari hulu sampai hilir Jawa Timur, aman tidak menimbulkan banjir," kata dia menjelaskan.
Yang jelas, kata dia, BPBD masih tetap siaga dengan menyediakan berbagai kebutuhan dalam menghadapi ancaman bencana banjir.
"Persediaan sembako untuk korban bencana masih tersedia lebih dari cukup," katanya.
Data yang diperoleh dari Perum Jasa Asa (PJT) I Divisi Jasa ASA III/3 di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air Bengawan di Jurug, Solo, Jawa Tengah, cenderung turun menjadi 80,25 meter, Kamis pukul 09.00 WIB.
Di Bengawan Madiun di Ndungus, Ngawi, pada waktu bersamaan, ketinggian air mengalami kenaikan menjadi 40,05 meter. SEdangkan di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, stabil 23,60 meter jauh di bawah siaga banjir.
Sedangkan di taman Bengawan Solo (TBS) di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, juga turun menjadi 10,67 meter. Di hilirnya Babat, Lamongan, juga turun menjadi 6,00 meter.
Tapi di Laren, dan Karanggeneng, dan Kuro, semuanya di Lamongan, masih siaga hijau masing-masing 4,65 meter, 3,59 meter dan 1,62 meter. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019