Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang yang diikuti 45 negara menarik perhatian Wakil Ketua Umum Kadin Jatim M Ali Affandi.

Pria dengan sapaan akrab Andi itu kemudian meriset dan menuangkannya dalam tesis hingga meraih gelar Magister Manajemen Teknologi (MMT) dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

“Daerah-daerah se-Indonesia bisa menjadikan kesuksesan Asian Games sebagai sarana belajar untuk mengkreasi acara yang bisa memberi dampak ke ekonomi lokal,” ujar Andi seusai wisuda ITS ke-119 di Surabaya, Minggu.

”Termasuk bagi Jatim, sangat berpotensi menjadi destinasi meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE) dan megaevent mulai olahraga hingga musik. Bukan hanya di tingkat nasional, tapi internasional. Langkah Bu Khofifah (Gubernur Jatim) menyiapkan Jatim Sport Center cukup tepat, karena itu menjadi fasilitas penunjang,” imbuhnya.

Menurut dia, perhatian ke sektor MICE dan event sangat relevan dalam kondisi saat ini, di mana leisure economy menghadapi tantangan berat dengan lonjakan harga tiket pesawat. Selain itu, kondisi ekonomi belum pulih dan beratnya tantangan global.

”Industri MICE dan event bisa menjadi pengungkit di tengah kompetisi itu. Saya kira Jatim punya keunggulan komparatif dan kompetitif di sektor ini, tinggal dioptimalkan saja,” papar putra Ketua Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattaliti itu.

Mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim itu menulis tesis ”Faktor-Faktor yang Memengaruhi Niat Paritisipasi Milenial dalam Mega Event Project Asian Games 2018”. Andi lulus dengan IPK tertinggi di jurusan MMT, yaitu 3,97.

Berdasarkan hasil penelitian Andi, salah satu kunci sukses Asian Games adalah keterlibatan generasi milenial. Mereka berbondong-bondong berpartisipasi di ajang tersebut.

Andi meneliti dengan pendekatan “Extended Theory of Planned Behavior” yang meriset berbagai faktor dari kaum milenial, seperti sikap terhadap iklan dan event Asian Games, subjective norms, perceived behavior control, advertising creativity, dan keterlibatan.

”Saya meneliti bagaimana praktik manajemen international sport event untuk menggaet perhatian milenial. Ditinjau dari perspektif manajemen proyek dan pemasaran, saya berharap studi ini bermanfaat bagi yang ingin sukses mengembangkan industri MICE dan event dengan melibatkan generasi milenial,” jelas pengusaha berbagai sektor bisnis ini.

Meski membahas soal ilmu manajemen proyek, lanjut Andi, hal itu tak selalu berkaitan dengan dunia konstruksi. “Manajemen proyek dapat diaplikasikan dalam event, bahkan dalam proyek kampanye politik,” jelasnya.

Andi menyarankan agar para pengambil kebijakan di seluruh Jatim tak ragu menjadikan MICE dan event sebagai pengungkit ekonomi.

Selama ini, MICE dan event raksasa hanya berpusat di Jakarta dan Bali. Bahkan, banyak ajang MICE dan event diambil Palembang. Padahal, potensi industri MICE sangat besar. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, mencapai Rp25 triliun per tahun dan mampu membuka 300.000 lapangan kerja.

Andi mencontohkan bagaimana Asian Games menggeliatkan ekonomi. Pembangunan infrastrukturnya menyerap ratusan ribu pekerja. Devisa yang didatangkan diperkirakan Rp3,1 triliun dari 170.000 orang asing yang datang.

Dalam jangka menengah-panjang, infrastruktur yang tersedia bisa menjadi tempat event yang ikut menggerakkan ekonomi lokal.

”Sektor MICE dan event punya multiplier effect luar biasa. Mulai event organiser, makanan-minuman, percetakan, hotel, transportasi, florist, suvenir, pelaku kesenian, oleh-oleh, konveksi, dan sebagainya. Ke depan ini sangat potensial digarap di Jatim,” pungkasnya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019