Festival Rujak Uleg 2019 yang digelar Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka HUT ke-726 Kota Pahlawan di kawasan Kembang Jepun, Surabaya, Jatim, Minggu, sukses memecahkan dua rekor  Museum Rekor Dunia Indonesia yakni yaitu cobek terbesar dan peserta terbanyak.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan khusus untuk cobek terbesar, Pemkot Surabaya kali ini menggunakan cobek raksasa yang terbuat dari Batu Gunung dengan diameter 250 cm, berat 1,5 ton, tinggi cobek 30 cm, tinggi dudukan cobek 140 cm. Cobek ini dapat digunakan sebanyak 20-25 orang. 

"Rekor cobek terbesar ini baru pertama yang didapatkan oleh Pemkot Surabaya," kata Antiek.
 
Sedangkan untuk peserta yang ikut dalam festival kali ini, kata dia, ternyata membengkak, dimana awalnya panitia hanya menerima sebanyak 1.692 orang, namun karena antusias para peserta yang tinggi, akhirnya dibuka lagi hingga mencapai 1.800 lebih. 

"Kalau kita tidak tutup, pesertanya pasti lebih banyak lagi. Rekor peserta terbanyak ini, kami memecahkan Rekor MURI sebelumnya, yang mana dulu tahun 2013 kami sudah mendapatkan Rekor MURI dengan peserta 1.300, tapi kali ini 1.800 lebih," kata dia.
 
Antiek juga bersyukur bahwa antusias para peserta dan warga yang menyaksikan festival itu sangat tinggi. Ia juga menjelaskan bahwa para peserta yang banyak itu kemudian dipilih 60 besar yang terbaik. Adapun 60 besar dari perwakilan grup itu mendapatkan uang pembinaan dan selanjutnya dipilih lagi menjadi 12 grup juara festival. 

"Nah, 12 grup yang juara ini mendapatkan uang pembinaan dan juga sepeda onthel," katanya.

Festival Rujak Uleg kali ini dihadiri ribuan warga dan para tamu undangan seperti halnya dari konsulat jenderal negara sahabat yang ada di Surabaya, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya, dan tamu VIP yang menjadi peserta nguleg bareng di cobek raksasa. Setelah itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membagikan rujak yang diulegnya itu kepada salah satu warga yang menyaksikan festival itu.

Wali Kota Risma dalam sambutannya mengatakan tahun lalu Pemkot Surabaya tidak bisa menggelar Festival Rujak Uleg karena ada teror bom bunuh diri di tiga lokasi di Surabaya. 

"Saya ingin menyampaikan kepada seluruh warga Kota Surabaya bahwa kita semua adalah bersaudara. Kita tidak boleh saling bermusuhan membenci dan dendam. Tidak ada agama apapun yang mengajarkan benci dan dendam," katanya.

Wali Kota Risma juga mengajak kepada seluruh warga Kota Surabaya untuk bergandengan tangan. Sebab, dengan cara bergandengan tangan itu akan bisa maju lebih cepat lagi. Bukan malah sebaliknya, memendam rasa benci dan memendam rasa iri, karena kalau itu yang dilakukan maka tidak akan pernah maju. 

"Ayo kita bersama-sama melupakan perbedaan. Mari kita tingkatkan persamaan, kita buat persamaan itu menjadi kekuatan kita untuk lebih maju lagi ke depannnya," ujarnya.
 
Saat itu, Wali Kota Risma juga mengajak kepada warga Kota Surabaya untuk membuktikan bahwa warga Kota Surabaya tidak ada dendam dan iri. Ia pun mengajak warga untuk membuktikan kepada dunia bahwa warga Kota Surabaya bisa bergandengan tangan untuk lebih maju.
 
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan bahwa rujak itu sudah mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat karena gizinya sudah lengkap. Di dalam rujak itu terdapat sayuran, daging, dan kacang-kacangan, sehngga rujak itu termasuk makanan yang gizinya sudah lengkap. 

"Rujak uleg ini sudah masuk dalam hak paten, hak merk di Kota Surabaya. Jadi insyallah tidak ada yang bisa ngambil," ujarnya. (*)



 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019