Para petani di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mengeluhkan harga gabah kering sawah pada panen raya tahun ini turun hingga Rp4.200 per kilogram dari harga sebelumnya sebesar Rp5.100 per kilogram.
"Harga gabah pada pertengahan bulan Februari 2019 (mulainya panen) dari Rp5.100 per kilogram, terus turun hingga Senin (11/3) kemarin menjadi Rp4.200 per kilogram," kata Anang Wahyudi, seorang petani di Situbondo, Selasa.
Menurutnya, turunnya harga gabah kering sawah itu membuat para petani padi rugi biaya operasional selama empat bulan masa tanam hingga panen.
Ia menjelaskan, harga gabah Rp4.200 bagi petani di Situbondo sangat merugikan, selain rugi karena turunnya harga juga petani rugi waktu menanam padi dan perawatan hingga masa panen.
"Memang ada keuntungan sekitar Rp10.000.000 dalam setiap hektare, namun untuk menanam padi lagi biaya operasional tidak cukup, karena kami petani mandiri tidak ada bantuan apapun dari pemerintah daerah," ujarnya.
Wahyudi menambahkan, sejak memasuki masa panen padi di Situbondo, mayoritas pengepul atau tengkulak dari Banyuwangi dan Jember yang membeli gabah petani.
"Petani inginnya harga gabah tidak turun sampai Rp4.200. Kalau harga gabah Rp4.800 per kilogramnya petani bisa untung dan dapat memutar uang untuk operasional," tuturnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo Farid Kuntadi membenarkan turunnya harga gabah kering sawah di tingkat petani.
Menurut ia, turunnya harga gabah itu terjadi karena hukum ekonomi, maka ketika panen raya secara otomatis harga akan turun.
"Perlu peran pemerintah bagaimana harga itu bisa stabil, tapi karena ini ada pemain-pemain yang menguasai dan mengatur harga gabah petani," ujarnya.
Oleh karena itu, tambah Farid, pemerintah telah meminta para petani agar berkonsolidasi pada saat musim panen raya agar harga gabah dapat diatur oleh petani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Harga gabah pada pertengahan bulan Februari 2019 (mulainya panen) dari Rp5.100 per kilogram, terus turun hingga Senin (11/3) kemarin menjadi Rp4.200 per kilogram," kata Anang Wahyudi, seorang petani di Situbondo, Selasa.
Menurutnya, turunnya harga gabah kering sawah itu membuat para petani padi rugi biaya operasional selama empat bulan masa tanam hingga panen.
Ia menjelaskan, harga gabah Rp4.200 bagi petani di Situbondo sangat merugikan, selain rugi karena turunnya harga juga petani rugi waktu menanam padi dan perawatan hingga masa panen.
"Memang ada keuntungan sekitar Rp10.000.000 dalam setiap hektare, namun untuk menanam padi lagi biaya operasional tidak cukup, karena kami petani mandiri tidak ada bantuan apapun dari pemerintah daerah," ujarnya.
Wahyudi menambahkan, sejak memasuki masa panen padi di Situbondo, mayoritas pengepul atau tengkulak dari Banyuwangi dan Jember yang membeli gabah petani.
"Petani inginnya harga gabah tidak turun sampai Rp4.200. Kalau harga gabah Rp4.800 per kilogramnya petani bisa untung dan dapat memutar uang untuk operasional," tuturnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo Farid Kuntadi membenarkan turunnya harga gabah kering sawah di tingkat petani.
Menurut ia, turunnya harga gabah itu terjadi karena hukum ekonomi, maka ketika panen raya secara otomatis harga akan turun.
"Perlu peran pemerintah bagaimana harga itu bisa stabil, tapi karena ini ada pemain-pemain yang menguasai dan mengatur harga gabah petani," ujarnya.
Oleh karena itu, tambah Farid, pemerintah telah meminta para petani agar berkonsolidasi pada saat musim panen raya agar harga gabah dapat diatur oleh petani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019