Sebagian besar petani di Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, Jawa Timur, yang tanaman padinya terendam air banjir luapan Kali Kening beberapa hari yang lalu tidak mengikutkan tanamannya padi pada program Asuransi Usaha Tanam Padi (AUTP).

"Petani sebagian besar tidak mengikutkan tanaman padinya dalam program  AUTP, sebab petani di desa kami sawahnya tidak terlalu luas," kata seorang petani Desa Guyangan, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Arianto, Minggu.

Ditemui di tepi sawahnya, ia menjelaskan petani di desanya luas sawahnya rata-rata hanya sekitar 0,25 hektare, seperti sawah miliknya. Sedangkan tanaman padi yang terendam air banjir luapan Kali Kening, selama empat hari, usianya rata-rata sebulan, tapi ada juga yang baru menebar benih.

"Tanaman padi saya juga tanaman padi petani lainnya di sejumlah desa di Kecamatan Trucuk sebagian besar tidak ada yang diikutkan program AUTP," katanya.

Hal itu dibenarkan Kepala Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Bagyo, yang menyebutkan sebelum petani menanam padi ada wacana tanaman padi petani diikutkan program AUTP.

"Tapi ditunggu-tunggu tidak ada petugas penyuluh pertanian yang membantu petani mengikutkan tanaman padinya dalam program AUTP," ujarnya.

Ia menyebutkan tanaman padi di desanya yang terendam air banjir luapan Kali Kening, sekitar 6 hektare, rata-rata baru mulai tanam, sebagian lainnya baru menebar benih.

"Saat banjir luapan Kali Kening datang, ada sebagian petani yang memanen paksa tanaman padinya," ucapnya.

Seorang petani di Desa Guyangan, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Tamran, menambahkan para petani di desanya pernah ikut program AUTP.

Tapi, lanjut dia, tanaman padi petani yang terendam air banjir luapan Bengawan Solo dan mengalami kerusakan, tidak memperoleh klaim asuransi.

"Klaim asuransi bisa diberikan kalau tingkat kerusakan tanaman padi lebih dari 75 persen, ya kemudian petani enggan ikut program AUTP," kata Bagyo menambahkan.

Akibat meluapnya Kali Kening, ratusan hektare tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Parengan, Tuban, juga tanaman padi di Desa Guyangan, Sumberjokentong, Mori, Trucuk, juga desa lainnya di Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, terendam air.

Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menyebutkan banjir luapan Bengawan Solo yang melanda 48 desa di 10 kecamatan, merendam tanaman padi seluas 1.594 hektare, dan palawija 127 hektare, selain prasarana dan sarana umum, dengan perkiraan kerugian mencapai Rp1 miliar, per 7 Maret.  

"Kerugian terbesar akibat rusaknya tanaman padi," kata  Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Bojonegoro Yudi Hendro, menambahkan. (*)



 

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019