Surabaya (Antaranews Jatim) - Anggota Komisi X DPR RI Arzeti Bilbina menilai "packaging" atau kemasan buah lokal yang ada di Pasar Buah Tanjungsari 74 Kota Surabaya, Jawa Timur perlu ditingkatkan agar bisa bersaing dengan pasar modern.
     
Arzeti di Surabaya, Senin, mengatakan kebanyakan para pembeli khususnya ibu-ibu seringkali tertarik membeli buah di antaranya karena kemasanya menarik.  
     
"Harus belajar lagi 'packaging'-nya. Jangan satu peti digabung jadi satu. Kalau persize dibungkus dimasukin kotak harganya pasti naik," katanya.
     
Namun, lanjut dia, secara kualitas buah lokal yang ada di pasar tradisional tidak kalah dengan buah impor yang kebanyakan di jual di pasar modern. "Buah lokal rasanya manis alami, jadi tidak kalah dengan buah impor. Kalau menurut saya malah lebih enak," katanya.
     
Hal ini ditekankan Arzeti kepada para pedagang buah pada saat mengunjungi salah satu pasar tradisional di kawasan Surabaya Barat yakni Pasar Buah Tanjungsari 74 Surabaya pada Minggu (24/2) malam.   
     
Kehadiran Arzeti ke pasar buah tradisional yang dikelola swasta tersebut untuk menyerap aspirasi para pedagang. Arzeti sendiri mengaku senang bisa berkunjung ke pasar buah di Surabaya.
     
"Sebagai seorang ibu pasti senang ke pasar. Pinginnya semua dibeli, apalagi buah-buah lokal," ujar Caleg DPR RI dari PKB daerah pemilihan Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) ini.
     
Saat memantau beberapa lapak, Arzeti sempat berbincang dengan para pedagang guna mengetahui kondisi perdagangan buah, mulai dari kualitas,  distribusi hingga harga di pasaran.
     
Mantan artis ini berjanji akan membawa persoalan yang dikeluhkan pedagang dalam rapat kerja dengan kementrian terkait. 
     
"Kita carikan solusi yang untungkan petani dan pedagang. Indonesia memiliki lahan yang luas. Bantuan pemerintah bukan hanya bibit, tapi juga bagaimana membantu pemasarannya" katanya.
     
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Buah Tanjungsari, Ismail Hamzah mengakui bahwa kendala pemasaran yang dihadapi petani adalah saat musim panen berbarengan dengan impor. Akibatnya harga buah lokal kurang bagus.
     
"Pemerintah perlu mengatur saat bulan tertentu impor tidak boleh masuk. Terutama saat itu petani lokal panen," katanya.
     
Selain itu, lanjut dia, persoalan lain yang dihadapi para petani buah adalah masalah cuaca yang kadang-kadang mengganggu produksi para petani. "Untuk itu hasil riset dari pemerintah guna meningkatkan kuantitas dan kualitas buah dibutuhkan petani" katanya.
     
Pasar Buah Tanjungsari 74 beroperasi sejak 2015. Para pedagang yang menempati 65 stan berasal dari relokasi Pasar Buah Peneleh. Selain itu, di pasar itu terdapat 1.200 pedagang, pekerja dan kuli angkut. 
     
Buah yang diperjualbelikan di antaranya jeruk, salak, anggur, duku dan lainnya. Sejumlah buah lokal tersebut didatangkan dari berbagai kota di Indonesia. Tiap hari, sekitar 60 truk dengan kapasitas 7-8 ton keluar masuk mengangkut buah. Sirkuasi uang per hari dari transaksi jual beli buah mencapai Rp1,5 miliar. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019