Bangkalan (Antaranews Jatim)  - Pemkab Bangkalan, Jawa Timur melakukan pemantauan khusus kepada 663 kepala keluarga (KK) terdampak banjir  yang melanda wilayah itu beberapa hari lalu, guna mencegah terjadinya penyakit bawaan pascabanjir.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bangkalan Rizal Moris, langkah itu dilakukan, karena korban banjir rencana terhadap sejumlah penyakit, seperti penyakit gatal-gatal dan diare.

"Biasanya seperti itu. Makanya, kami dari BPBD Pemkab Bangkalan, terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan terkait hal ini," kata Rizal di Bangkalan, Jumat.

Ia menjelaskan, ke-663 kepala keluarga yang dilakukan pemantauan khusus itu merupakan korban banjir di Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.

Menurutnya, banjir akibat hujan deras beberapa hari lalu itu, menyebabkan Sungai Tambegan meluap, dan mengakibatkan 5 desa terdampak banjir.

"Sebanyak 1.989 jiwa dari 663 kepala keluarga di desa di Kecamatan Arosbaya, Bangkalan yang terdampak banjir," katanya, menjelaskan.

Rizal menjelaskan, koordinasi dan melakukan pemantauan secara khusus dengan dinkes itu, untuk mencegah timbulnya penyakit bawaan pascabanjir, sebagaimana sering terjadi saat musim hujan.

Ada beberapa jenis penyakit yang perlu diwaspadai bagi warga terdampak banjir, seperti diare, DBD (Demam Berdarah Dengue), demam tifoid, leptospirosis, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), dan penyakit kulit.

Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan Sudiyo, penyakit diare terjadi, ketika banjir semua sampah, got, septic tank, serta berbagai kotoran lainnya sudah bercampur baur menjadi satu.

Saat ketika air banjir surut dan kering, kotoran serta kumannya tertinggal pada benda-benda yang terkena banjir, serta dapat terbang terbawa angin.

"Cara mengatasinya, maka cucilah semua perabotan dengan baik menggunakan karbol atau desinfektan. Jangan hanya terfokus pada bidang horisontal (mendatar), tetapi sekalah juga bidang vertikal (tegak) seperti dinding lemari bagian luar maupun dalam," katanya.

Selain itu, harus selalu mencuci tangan dan peralatan makan baik-baik sebelum digunakan dan setelah digunakan.

Penyakit DBD terjadi, karena nyamuk penyebab penykit itu berkembang biak pada air tergenang pascabanjir.

"Kalau semam tifoid ini disebabkan karena makanan yang tidak bersih," katanya.

Sedangkan leptospirosis, disebabkan oleh kuman pada air kencing dan kotoran tikus yang masuk ke tubuh. Gejalanya panas, menggigil, dan sakit kepala.

"Cara mengatasinya hindari terkena air banjir, terutama bila kita sedang mengalami luka. Gunakan sepatu bila terpaksa berjalan di tengah banjir, supaya tidak terkena paku atau benda tajam lainnya yang dapat melukai kita," kata Sudiyo.

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut juga kerap menyerang warga, pascabanjir. Gejalanya adalah demam dan batuk, serta dapat disertai sesak nafas atau nyeri dada.

Cara mengatasinya dengan menutup mulut bila batuk atau bersin, tidak meludah sembarangan, serta berupaya meningkatkan kekebalan tubuh, dan banyak beristirahat.

Aneka penyakit kulit, juga sering menyerang korban banjir, karena kotoran pada air dapat menyebabkan penyakit kulit, mulai dari yang ringan seperti gatal-gatal hingga yang berat seperti infeksi.

"Cara mengatasinya harus selalu membersihkan diri setelah terkena air banjir," katanya, menjelaskan.

Plt Kepala Dinkes Sudiyo lebih lanjut menjelaskan, pihaknya memang telah menginstruksikan kepada petugas media di daerah terdampak banjir agar terus berkoordinasi dengan BPBD Pemkab Bangkalan, dan menindak lanjuti dengan melakukan pemeriksaan kepada para korban banjir. (*)

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019