Kediri (Antaranews Jatim) - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar meminta warga untuk berhenti membuang sampah di selokan, sebab jika hujan terjadi bisa menyumbat aliran sungai menyebkan air menggenang.

"Banyak sekali sampahnya, luar biasa. Saya melihat sengaja (ada yang membuang sampah sembarangan), banyak sampah plastik. Yang bukan sampah plastik mudah terurai, tapi yang plastik tidak bakal terurai, popok bayi juga tidak terurai," katanya di Kediri, Kamis.

Ia menambahkan, di Kota Kediri terdapat sejumlah titik yang diketahui terdapat temuan sampah di selokan misalnya di simpang empat muning, Jalan Kilisuci, Jalan Hasanudin Kota Kediri. Untuk di Jalan Hasanudin Kediri, selokan yang di bawah rel kereta api kecil, sehingga air juga antre mengalir. 

Wali Kota juga menyayangkan tingkat kesadaran masyarakat yang masih minim. Padahal, di Kediri juga terdapat aturan termasuk sanksi jika membuang sampah sembarangan. Nyatanya, hal itu tidak membuat masyarakat jera. 

"Saya tidak mengerti banyak yang buang (sampah). Kami akan edukasi agar jangan buang sampah di selokan, melainkan diletakkan di temapt sampah," ujar Wali Kota.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri Didik Catur mengungkapkan setiap harinya tak kurang dari 154 ton sampah dihasilkan dari berbagai tempat di Kota Kediri. Sampah-sampah tersebut dikirim ke TPA Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. 

Di Kediri, terdapat dua TPA. Namun, untuk TPA yang kedua kini sudah hampir penuh. TPA tersebut mulai aktif dimanfaatkan pada 2016. Rencananya, pada 2019 pemerintah kembali membangun TPA ketiga, menyusul dua lokasi sebelumnya sudah melebihi kapasitas. 

Dana untuk rencana pembangunan TPA dianggarkan di APBD Kota Kediri tahun anggaran 2019, sehingga tinggal realisasi. Rencana lokasi TPA baru itu masih di daerah yang sama, yakni Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, dekat dengan TPA yang lama.

Untuk luas lahan yang akan dijadikan TPA III, Didik mengatakan ada seluas 1 hektare, lebih sedikit ketimbang TPA II yang seluas 2 hektare. DI TPA itu juga masih akan menggunakan sistem "sanitary renville", untuk menerapkan sistem penanganan sampah terpadu. Selain itu, di TPA yang baru juga akan digunakan teknik dengan "mesin conveyor sampah" untuk memperlambat TPA penuh.

"Tentunya sudah dianggarkan di APBD, termasuk sudah sesuai dengan RTRW seluas 1 hektare. Tapi, kami kombinasikan ini untuk pemilahan sampah dengan skala mesin mesin conveyor sampah untuk memperlambat umur TPA ke depan," kata dia.

Didik menambahkan, dengan teknik tersebut dimungkinkan umur TPA baru bisa sampai tiga tahun untuk bisa melebihi kapasitas. Namun, sambil menunggu untuk TPA III penuh, pemerintah kota juga melakukan terobosan baru termasuk mencoba menjalin kerjasama dengan dengan pemerintah kabupaten untuk TPA regional. (*)
 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019