Madiun (Antaranews Jatim) - Pihak kepolisian memeriksa petani melon dan pemasak soto guna mencari penyebab keracunan massal yang dialami oleh puluhan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Babussalam di Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupatenn Madiun, Jawa Timur.
Kapolsek Kebonsari AKP Sumarji, Senin mengatakan buah melon yang dikonsumsi pada Jumat malam (8/2)sebelum terjadi keracunan tersebut terdiri dari dua jenis. Yakni ada yang dibeli dari petani setempat dan ada juga yang dipetik dari kebun.
"Kalau yang beli itu disediakan dari pengurus ponpes. Sedangkan petik itu dari santri," ujar AKP Sumarji kepada wartawan.
Berdasarkan keterangan dari petani melon dan juru masak ponpes, pihak ponpes membeli satu karung melon dari petani yang lokasi kebunnya di sekitar lingkungan ponpes. Namun, buah yang dihidangkan dengan menu makan soto itu tersisa banyak. Beberapa santri malah mengaku mengonsumsi melon hasil petikan dari kebun tanpa sepengetahuan pengurus ponpes, setelah kegiatan makan malam bersama selesai.
Polisi juga telah memintai keterangan sang petani melon. Dalam pemeriksaannya, petani membantah jika melon yang dijualnya mengandung zat berbahaya.
"Melon itu hanya disemprot fungisida untuk memusnahkan jamur dan hama. Namun, tak berbahaya bagi pengonsumsinya," Sumarji.
Fakta lain menyebut, banyak santri yang jadi korban keracunan ternyata hanya menyantap soto ayam. Mereka tidak memakan buah melon tersebut. Selain itu, tidak ada korban dari pihak pengasuh. Padahal mereka ikut makan bersama.
Karenanya, Suwarji menyatakan belum bisa menyimpulkan pemicu keracunan massal tersebut akibat makanan soto, buah melon, ataupun faktor lainnya. Terlebih, tidak ada yang janggal dari keterangan pemasak soto. Sang juru masak ponpes tersebut mengaku soto dimasak seperti biasa. Ayam diambil dari peliharaan ponpes sendiri. Sedangkan sayuran sebagian dibeli dari pasar.
Waktu memasaknya juga tergolong normal, dimulai pukul 14.00 WIB hingga waktu asar untuk dapat siap saat jam makan malam. Sementara, pengurus ponpes yang bertanggung jawab belum dapat dimintai keterangan karena masih berada di luar daerah.
Guna menguak kasus yang membahayakan nyawa tersebut pihak Polsek Kebonsari juga meminta bantuan tim uji laboratorium dari Ponorogo. "Tim akan meneliti kandungan makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan," katanya.
Adapun, sampel yang diserahkan ke tim uji laboratorium, di antaranya adalah sisa nasi soto ayam, buah melon yang utuh dan sisa dikonsumsi, serta muntahan.
Sementara, hingga saat ini masih ada enam santri yang dirawat di tempat layanan medis. Yakni, tiga santri dirawat di Puskesmas Gantrung dan tiga lainnya di RSUD Dolopo. Kondisi mereka pun sudah berangsur membaik dan tidak lagi muntah serta diare. Diperkirakan dalam waktu dekat sudah boleh pulang.
Seperti diketahui, puluhan santri Ponpes Babussalam mengalami keracunan pada Sabtu (9/02) dini hari dengan gejala muntah dan pusing hingga akhirnya dibawa ke puskesmas dan rumah rumah sakit terdekat. Mereka mengaku sebelum keracunan sempat menyantap nasi soto dan melon yang menjadi menu makan malam di ponpes. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kapolsek Kebonsari AKP Sumarji, Senin mengatakan buah melon yang dikonsumsi pada Jumat malam (8/2)sebelum terjadi keracunan tersebut terdiri dari dua jenis. Yakni ada yang dibeli dari petani setempat dan ada juga yang dipetik dari kebun.
"Kalau yang beli itu disediakan dari pengurus ponpes. Sedangkan petik itu dari santri," ujar AKP Sumarji kepada wartawan.
Berdasarkan keterangan dari petani melon dan juru masak ponpes, pihak ponpes membeli satu karung melon dari petani yang lokasi kebunnya di sekitar lingkungan ponpes. Namun, buah yang dihidangkan dengan menu makan soto itu tersisa banyak. Beberapa santri malah mengaku mengonsumsi melon hasil petikan dari kebun tanpa sepengetahuan pengurus ponpes, setelah kegiatan makan malam bersama selesai.
Polisi juga telah memintai keterangan sang petani melon. Dalam pemeriksaannya, petani membantah jika melon yang dijualnya mengandung zat berbahaya.
"Melon itu hanya disemprot fungisida untuk memusnahkan jamur dan hama. Namun, tak berbahaya bagi pengonsumsinya," Sumarji.
Fakta lain menyebut, banyak santri yang jadi korban keracunan ternyata hanya menyantap soto ayam. Mereka tidak memakan buah melon tersebut. Selain itu, tidak ada korban dari pihak pengasuh. Padahal mereka ikut makan bersama.
Karenanya, Suwarji menyatakan belum bisa menyimpulkan pemicu keracunan massal tersebut akibat makanan soto, buah melon, ataupun faktor lainnya. Terlebih, tidak ada yang janggal dari keterangan pemasak soto. Sang juru masak ponpes tersebut mengaku soto dimasak seperti biasa. Ayam diambil dari peliharaan ponpes sendiri. Sedangkan sayuran sebagian dibeli dari pasar.
Waktu memasaknya juga tergolong normal, dimulai pukul 14.00 WIB hingga waktu asar untuk dapat siap saat jam makan malam. Sementara, pengurus ponpes yang bertanggung jawab belum dapat dimintai keterangan karena masih berada di luar daerah.
Guna menguak kasus yang membahayakan nyawa tersebut pihak Polsek Kebonsari juga meminta bantuan tim uji laboratorium dari Ponorogo. "Tim akan meneliti kandungan makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan," katanya.
Adapun, sampel yang diserahkan ke tim uji laboratorium, di antaranya adalah sisa nasi soto ayam, buah melon yang utuh dan sisa dikonsumsi, serta muntahan.
Sementara, hingga saat ini masih ada enam santri yang dirawat di tempat layanan medis. Yakni, tiga santri dirawat di Puskesmas Gantrung dan tiga lainnya di RSUD Dolopo. Kondisi mereka pun sudah berangsur membaik dan tidak lagi muntah serta diare. Diperkirakan dalam waktu dekat sudah boleh pulang.
Seperti diketahui, puluhan santri Ponpes Babussalam mengalami keracunan pada Sabtu (9/02) dini hari dengan gejala muntah dan pusing hingga akhirnya dibawa ke puskesmas dan rumah rumah sakit terdekat. Mereka mengaku sebelum keracunan sempat menyantap nasi soto dan melon yang menjadi menu makan malam di ponpes. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019