Kediri (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, sedang memetakan untuk mengatasi kemacetan yang terjadi jika pembangunan bandar udara di Kabupaten Kediri benar direalisasikan.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkapkan untuk pola pengelolaan sektor transportasi terdapat tiga pola, dengan membangun sistem, yakni dengan membentuk sistem yang terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan sesuai tata ruang dengan memanfaatkan teknologi informasi.

"Untuk pola kolaborasi pendanaan, mengkolaborasikan sumber-sumber pendanaan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dengan APBD Kota dalam rangka meningkatkan pelayanan sektor transportasi. Ketiga, pola pemberdayaan masyarakat, pembangunan dan pengembangan sektor transportasi dilakukan dengan memberdayakan komunitas dan para pemangku kepentingan," katanya di Kediri, Jumat.

Mas Abu, sapaan akrab Wali Kota Kediri itu menjelaskan Pemerintah Kota Kediri merumuskan melakukan beberapa langkah di antaranya "ring road" dalam kota, jembatan brawijaya, implementasi teknologi informasi, serta revisi RT RW Kota Kediri.

"Kami sudah merencanakan membangun `ring road` dalam kota namun ini harus lintas daerah dan lembaga. Yang telah kami wujudkan adalah pembangunan jembatan brawijaya dan ATCS di Dinas Perhubungan Kota Kediri. Kami juga lakukan revisi RT RW untuk membuat jalan baru agar kemacetan di daerah Mrican terurai," katanya.

Wali Kota Kediri juga mengungkapkan Kota Kediri sudah menasbihkan diri sebagai pusat perdagangan dan jasa, sehingga banyak kendaraan dari luar kota yang beraktivitas di Kota Kediri. Selain itu, Kota Kediri juga memiliki pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat yang bagus.

"Kediri juga pusat pendidikan, jasa dan perdagangan bagi daerah sekitar menjadikan kota ini semakin padat. Pada pagi hari orang yang beredar di Kota Kediri mencapai 2 juta padahal penduduk di Kota Kediri sekitar 300 ribu," kata dia.

Pemerintah Kota Kediri, tambah dia, juga melakukan pendekatan relasi pembangunan pusat kota dan pinggiran.

"Kami ingin mewujudkan keserasian dan keseimbangan antara kawasan pusat dengan pinggiran. Salah satu langkah yang kami ambil adalah membuat layanan di Kelurahan menjadi daring, jadi pelayanan bisa diakses di mana saja," Mas Abu, sapaan akrabnya.

Pemkot juga telah mengadakan diskusi panjang termasuk mengadakan diskusi "menyongsong jalan tol dan bandara untuk masa depan transportasi di Kota Kediri. Narasumber diskusi ini antara lain pakar tata ruang ITN Malang Ibnu Sasongko, pakar transportasi Universitas Brawijaya Malang Achmad Wicaksono, dan Fauzul Rizal, kandidat doktor Cornel University, New York.

Wali Kota mengaku mendapatkan banyak masukan yang diberikan kepada Pemerintah Kota Kediri untuk transportasi dan kemacetan yang akan terjadi di Kota Kediri. Berbagai masukan itu tentunya sangat bermanfaat bagi perkembangan dan penataan kota ini ke depannya.

"Ini adalah diskusi pertama yang kami lakukan ke depan akan dintensifkan. Dari masukan-masukan ini akan kami pilih mana yang mampu kita lakukan. Kediri juga harus bersiap bila nanti bandara telah dibangun, bagaimana kita mengatasi 1,5 juta orang dalam setahun yang menggunakan bandara, " kata Mas Abu.

Sementara itu, terkait dengan "exit tol" dan bandara, Mas Abu menginginkan adanya hal positif untuk menyejahterakan masyarakat Kota Kediri.

"Memang akan ada kemacetan tapi macet yang bermanfaat bagi Kota Kediri. Kami coba cari formulasi yang tepat untuk jangka waktu yang lama," kata dia.

Pakar transportasi Universitas Brawijaya Malang Achmad Wicaksono memberikan masukan untuk pemkot dengan pembuatan "ring road" dan angkutan umum masal. Selain itu, Pemerintah kota juga segera mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk membuat "master plan" pengembangan transportasi wilayah Kediri Raya.

"Sehingga bisa terpadu dan sinergi di antara wilayah kediri raya ini," ujarnya. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019