Tulungagung (Antaranews Jatim) - Realisasi penyerapan beras petani oleh Perum Bulog Subdivre Tulungagung, Jawa Timur, pada tahun 2018 di bawah target yang ditetapkan sebanyak 35.000 ton.

"Pada tahun ini kita hanya mampu menyerap gabah setara beras dari petani sekitar 19 ribu ton atau hanya 55 persen dari jumlah target," kata Kepala Perum Bulog Subdivre Tulungagung Khrisna Murtiyanto di Tulungagung, Kamis.

Menurut Khrisna, ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target serapan gabah, yakni pertama, masa panen yang dilakukan oleh sejumlah petani tidak bersamaan.

Selain itu, banyaknya pedagang dari luar kota yang mampu membeli gabah petani di atas harga beli oleh bulog.

"Apabila luar daerah tidak panen, maka pedagang dari luar daerah akan memasuki wilayah Tulungagung," katanya.

Informasi di lapangan, untuk harga gabah kering panen (GKP) di pasaran saat ini masih bertahan di kisaran Rp4.700 hingga Rp5.600 per kilogram, sedangkan acuan harga pembelian pemerintah (HPP) melihat dari Inpres Nomor 5 Tahun 2015 untuk harga GKP berkisar Rp3.700 per kilogram.

Kemudian oleh pemerintah diberikan tambahan nilai fleksibilitas harga sebesar 20 persen dari HPP GKP dan kini menjadi Rp 4.440 per kilogram dengan tujuan gabah petani dapat diserap oleh Bulog.

Namun, tambahnya, nilai HPP masih kalah dengan harga di pasar yang semakin bergerak naik.

"Harga ini tentunya masih di bawah harga pasaran, sehingga kami tidak bisa melakukan serapan. Dan sebagian besar petani lebih memilih menjual beras ke pedagang yang berani membeli dengan harga lebih tinggi," katanya.

Terkait stok beras untuk persedian Natal dan tahun baru, Khrisna mengatakan dalam kondisi aman, yakni sekitar 12.000 ton.

Apabila kebutuhan masyarakat di wilayah kerja Bulog Subdivre Tulungagung meliputi tiga kabupaten yakni Blitar, Trenggalek dan Tulungagung, setiap bulan sekitar 500 ton, sehingga stok bisa memenuhi hingga dua tahun mendatang atau 24 bulan.

"Penjualan terbesar dalam operasi pasar yang kami lakukan dalam satu bulan kemarin sekitar 300 ton, melihat jumlah stok saat ini sekitar 12 ribu ton, jadi masih aman," katanya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018