Surabaya (Antaranews Jatim) - Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya, Jatim mengusulkan pembangunan halte untuk moda transportasi massal Suroboyo Bus untuk kawasan Surabaya timur dan barat.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius Awey, di Surabaya, Selasa, mengatakan pembangunan halte tidak melulu menggunakan dana APBD melainkan Pemkot Surabaya bisa bekerja sama dengan perusahaaan untuk mewujudkannya pembangunan halte.
"Pembangunan hal itu bisa dilakukan di tempat-tempat publik seperti di kawasan akses mal, kereta api, rumah sakit, sekolah atau ruang publik lainnya," katanya.
Meski demikian, ia mengatakan tidak semua tempat publik harus memiliki halte. Untuk itu, lanjut dia, Pemkot Surabaya harus mengkajinya terlebih dahulu sebelum membangun halte.
Menurut dia, jika ada dua tempat publik yang berdekatan jaraknya harus dipilih salah satu tempat mana yang strategis. "Kemudian dikaji kebiasaan masyarakat jalan kaki hingga berapa meter radiusnya, jika terlalu jauh akan mubazir," katanya.
Politikus Partai NasDem ini mengatakan apabila ada kerja sama dengan pihak lain, maka lokasi halte yang menentukan adalah pemerintah kota, bukan pihak pengembang yang memiliki ruang publik di dekatnya.
"Kalau yang bangun pengembang mal, tak perlu ada kompensasi karena menguntungkan pusat perbelanjaan itu. Tapi kalau ditempat di daerah tertentu dengan kompensasi branding produk tertentu, maka kurun waktunya harus dibatasi," katanya.
Awey menyampaikan model halte Suroboyo Bus bisa seragam atau tidak. Ia hanya mengusulkan karena Kota Surabaya merupakan miniatur kebhinekaan suku-suku yang ada di Indonesia, maka halte bus bisa mengusung corak kebhinekaan model bangunan yang ada di Indonesia.
"Sehingga orang bisa selfie (swafoto) di tempat halte yang berbeda. Orang mungkin tidak menyangka jika tempat itu ada di Surabaya, karena arsiteknya Jawa, Madura, Batak, Ambon dan sebagainya," ujarnya
Ia mengatakan, mengenai model tergantung dari kreasi Pemkot Surabaya. Bisa juga modelnya menyatu dengan ruang publik yang ada di sekitar halte. "Yang jelas tempat halte di ruang publik dan memperhitungkan jaraknya berapa radius dengan dari tempat umum," katanya.
Selain pembangunan halte, kata dia, Pemkot Surabaya juga harus memikirkan rute Suroboyo Bus dari arah timur hingga barat maupun arah selatan ke utara karena yang ada saat ini merupakan rute Bus Damri.
"Ada beberapa di antaranya rutenya ketemu antara Bus Damri dan Bus Suraoboyo, misalkan di Jalan Basuki Rahmat," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius Awey, di Surabaya, Selasa, mengatakan pembangunan halte tidak melulu menggunakan dana APBD melainkan Pemkot Surabaya bisa bekerja sama dengan perusahaaan untuk mewujudkannya pembangunan halte.
"Pembangunan hal itu bisa dilakukan di tempat-tempat publik seperti di kawasan akses mal, kereta api, rumah sakit, sekolah atau ruang publik lainnya," katanya.
Meski demikian, ia mengatakan tidak semua tempat publik harus memiliki halte. Untuk itu, lanjut dia, Pemkot Surabaya harus mengkajinya terlebih dahulu sebelum membangun halte.
Menurut dia, jika ada dua tempat publik yang berdekatan jaraknya harus dipilih salah satu tempat mana yang strategis. "Kemudian dikaji kebiasaan masyarakat jalan kaki hingga berapa meter radiusnya, jika terlalu jauh akan mubazir," katanya.
Politikus Partai NasDem ini mengatakan apabila ada kerja sama dengan pihak lain, maka lokasi halte yang menentukan adalah pemerintah kota, bukan pihak pengembang yang memiliki ruang publik di dekatnya.
"Kalau yang bangun pengembang mal, tak perlu ada kompensasi karena menguntungkan pusat perbelanjaan itu. Tapi kalau ditempat di daerah tertentu dengan kompensasi branding produk tertentu, maka kurun waktunya harus dibatasi," katanya.
Awey menyampaikan model halte Suroboyo Bus bisa seragam atau tidak. Ia hanya mengusulkan karena Kota Surabaya merupakan miniatur kebhinekaan suku-suku yang ada di Indonesia, maka halte bus bisa mengusung corak kebhinekaan model bangunan yang ada di Indonesia.
"Sehingga orang bisa selfie (swafoto) di tempat halte yang berbeda. Orang mungkin tidak menyangka jika tempat itu ada di Surabaya, karena arsiteknya Jawa, Madura, Batak, Ambon dan sebagainya," ujarnya
Ia mengatakan, mengenai model tergantung dari kreasi Pemkot Surabaya. Bisa juga modelnya menyatu dengan ruang publik yang ada di sekitar halte. "Yang jelas tempat halte di ruang publik dan memperhitungkan jaraknya berapa radius dengan dari tempat umum," katanya.
Selain pembangunan halte, kata dia, Pemkot Surabaya juga harus memikirkan rute Suroboyo Bus dari arah timur hingga barat maupun arah selatan ke utara karena yang ada saat ini merupakan rute Bus Damri.
"Ada beberapa di antaranya rutenya ketemu antara Bus Damri dan Bus Suraoboyo, misalkan di Jalan Basuki Rahmat," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018