Probolinggo (Antaranews Jatim) - Petani garam di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur beralih ke budi daya bandeng karena musim hujan yang menyebabkan petani garam berhenti produksi dan membuatnya merugi.
"Petani garam biasanya akan mempersiapkan usaha tambak bandeng di musim hujan karena rata-rata produksi garam selama musim hujan akan berhenti," kata Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo Buhar di Probolinggo, Jumat.
Sejak dua pekan terakhir, lanjut dia, cuaca tidak menentu, sehingga para petani garam kadang khawatir turun hujan secara tiba-tiba dan sebagian petani terpaksa melakukan panen dini.
"Bahkan ada petani garam yang terpaksa memanen garamnya setelah lima hari daripada terkena hujan yang menyebabkan petani garam merugi, sehingga pilihannya ya beralih ke budi daya ikan," tuturnya.
Ia mengaku juga pernah mengalami gagal panen karena lahannya terdampak hujan yang turun secara tiba-tiba karena saat garamnya berusia empat hari dan rencananya akan dipanen pada hari kelima, namun hujan mengguyur pada malam hari, sehingga lahan yang siap panen akhirnya gagal panen.
“Dua petak garam saya gagal panen karena hujan yang turun secara tiba-tiba, padahal kalau panen minimal bisa mendapat 2 ton dari lahan garam tersebut," katanya.
Dengan harga garam sekitar Rp900 per kilogram, maka kerugian yang dialami Buhar sekitar Rp1,8 juta dan hal tersebut menjadi pengalaman berharga bagi para petani garam lainnya.
"Untuk kasus itu memang saya rugi, namun kalau dihitung secara akumulatif dengan pendapatan petani garam tahun ini, maka kami masih menddapatkan untung. Jadi kami anggap musibah itu sebagai sedekah saja," ujarnya.
Ia mengatakan petani garam biasanya akan mempersiapkan usaha tambak bandeng di musim hujan seiring dengan berhentinya produksi garam selama musim hujan.
"Petani akan memanfaatkan lahan tersebut untuk budi daya bandeng daripada lahan garam menganggur, namun kadang ada petani garam yang melakukan budi daya udang," katanya, menambahkan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Petani garam biasanya akan mempersiapkan usaha tambak bandeng di musim hujan karena rata-rata produksi garam selama musim hujan akan berhenti," kata Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo Buhar di Probolinggo, Jumat.
Sejak dua pekan terakhir, lanjut dia, cuaca tidak menentu, sehingga para petani garam kadang khawatir turun hujan secara tiba-tiba dan sebagian petani terpaksa melakukan panen dini.
"Bahkan ada petani garam yang terpaksa memanen garamnya setelah lima hari daripada terkena hujan yang menyebabkan petani garam merugi, sehingga pilihannya ya beralih ke budi daya ikan," tuturnya.
Ia mengaku juga pernah mengalami gagal panen karena lahannya terdampak hujan yang turun secara tiba-tiba karena saat garamnya berusia empat hari dan rencananya akan dipanen pada hari kelima, namun hujan mengguyur pada malam hari, sehingga lahan yang siap panen akhirnya gagal panen.
“Dua petak garam saya gagal panen karena hujan yang turun secara tiba-tiba, padahal kalau panen minimal bisa mendapat 2 ton dari lahan garam tersebut," katanya.
Dengan harga garam sekitar Rp900 per kilogram, maka kerugian yang dialami Buhar sekitar Rp1,8 juta dan hal tersebut menjadi pengalaman berharga bagi para petani garam lainnya.
"Untuk kasus itu memang saya rugi, namun kalau dihitung secara akumulatif dengan pendapatan petani garam tahun ini, maka kami masih menddapatkan untung. Jadi kami anggap musibah itu sebagai sedekah saja," ujarnya.
Ia mengatakan petani garam biasanya akan mempersiapkan usaha tambak bandeng di musim hujan seiring dengan berhentinya produksi garam selama musim hujan.
"Petani akan memanfaatkan lahan tersebut untuk budi daya bandeng daripada lahan garam menganggur, namun kadang ada petani garam yang melakukan budi daya udang," katanya, menambahkan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018