Malang (Antaranews Jatim) - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyatakan bahwa pengembangan sektor ekonomi kreatif khususnya di wilayah Kota Malang akan difokuskan pada subsektor aplikasi dan game, yang mulai berkembang sejak 2002.

Kepala Bekraf Triawan Munaf di Malang, Kamis, mengatakan bahwa Bekraf telah melakukan penilaian secara mandiri untuk penetapan Kota Malang sebagai kota kreatif untuk dua bidang tersebut. Bekraf menilai, potensi dari subsektor tersebut sangat terbuka untuk dikembangkan.

"Kami sudah ada penilaian mandiri kota kreatif, ada games dan aplikasi. Sudah dicanangkan Kota Malang itu sebagai kota kreatif bidang games dan aplikasi," kata Triawan di Universitas Brawijaya Malang.

Bekraf berupaya membantu pengembangan subsektor aplikasi dan game tersebut, namun harus didukung dengan visi dan orientasi yang jelas dari pemerintah kota. Terlebih, Kota Malang memiliki potensi dari anak-anak muda yang kebanyakan mahasiswa.

Subsektor aplikasi dan game di Kota Malang mulai tumbuh pada 2002, yang diawali dengan dibukanya jurusan teknologi informasi di beberapa perguruan tinggi yang ada.

Selain itu, tren global pada waktu itu mengarah pada industri digital yang membuat Kota Malang menjadi ladang tumbuhnya ekosistem dalam subsektor tersebut.

Hingga saat ini tercatat sudah ada 92 perusahaan studio atau startup atau yang masuk dalam kategori usaha jasa. Selain itu, subsektor tersebut mampu menyerap kurang lebih sebanyak 2.200 tenaga kerja lepas, yang didukung dengan lulusan sarjana kurang lebih sebanyak 4.800 orang per tahun dan terkait langsung dengan subsektor aplikasi dan game.

"Kami akan kembangkan ekonomi kreatif di setiap provinsi dan daerah, namun, mereka harus memiliki visi dan orientasi yang jelas," kata Triawan.

Berdasarkan catatan Bekraf, sumbangan dari sektor ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berada pada angka Rp1.105 triliun, dengan sumbangan paling besar berasal dari sektor fesyen, diikuti oleh kuliner, dan lainnya.

Pada 2016, sumbangan sektor ekonomi kreatif terhadap PDB telah dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yakni mencapai Rp922 triliun, dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan kurang lebih mencapai Rp70 triliun tiap tahunnya. (*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018