Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, berencana memasukkan kesenian Wayang Thengul dalam kurikulum lokal, setelah ditetapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai warisan budaya tak benda.
"Memasukkan kesenian Wayang Thengul dalam kurikulum lokal akan dilakukan bertahap," kata Kepala Bidang Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Taufik Amrullah di Bojonegoro, Kamis.
Saat ini, lanjut dia, DPRD membuat Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perlindungan Kesenian Tradisional. Kesenian tradisional, yang masuk dalam raperda itu, antara lain, kesenian Wayang Thengul, kesenian Sandur, juga yang lainnya.
"Untuk pelaksanaanya akan diperkuat dengan peraturan bupati (perbup) baru kemudian bisa masuk dalam kurikulum lokal," ucapnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan wayang Thengul di daerahnya sebagai warisan budaya tak benda pada 10 Oktober 2018.
Selain kesenian Wayang Thengul, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga menetapkan kesenian Sandur di daerahnya juga masuk dalam warisan budaya tak benda.
"Kesenian Sandur selain Bojonegoro juga Tuban, sebab di daerah setempat juga ada kesenian Sandur. Tapi kalau Wayang Thengul hanya Bojonegoro. Kalau di Jawa Barat, namanya bukan wayang Thengul, tapi wayang Golek," ucapnya menjelaskan.
Menurut dia, kesenian Wayang Thengul di daerahnya berkembang cukup bagus, karena sekarang ini ada 10 dalang wayang Thengul dan satu dalang yang masih remaja, juga ada dua perajin wayang Thengul.
"Kalau kesenian Sandur hanya ada satu komunitas di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota," katanya menambahkan.
Seorang dalang Wayang Thengul di Bojonegoro Mardji Marto Deglek, menjelaskan masyarakat di daerahnya termasuk Tuban dan Nganjuk, juga sering menanggap pergelaran Wayang Thengul dengan memanggil dalang di daerahnya.
"Saya rata-rata bisa memperoleh tanggapan 20 kali dalam sebulan, tidak hanya di Bojonegoro, tapi juga Tuban dan Nganjuk. Ya biaya sekali menanggap Rp4 juta lengkap dengan pengrawit," ucapnya menambahkan.
Koreografer Disbudpar Bojonegoro Deny Ike Kirmayanti, menambahkan tari Thengul tidak hanya diminati para pelajar, SD, SMP dan SLTA, tapi juga ibu-ibu, sehingga mulai memasyarakat.
"Kalau tari Thengul yang sekarang berkembang di kalangan pelajar ada dua bentuk tarian," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Memasukkan kesenian Wayang Thengul dalam kurikulum lokal akan dilakukan bertahap," kata Kepala Bidang Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Taufik Amrullah di Bojonegoro, Kamis.
Saat ini, lanjut dia, DPRD membuat Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perlindungan Kesenian Tradisional. Kesenian tradisional, yang masuk dalam raperda itu, antara lain, kesenian Wayang Thengul, kesenian Sandur, juga yang lainnya.
"Untuk pelaksanaanya akan diperkuat dengan peraturan bupati (perbup) baru kemudian bisa masuk dalam kurikulum lokal," ucapnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan wayang Thengul di daerahnya sebagai warisan budaya tak benda pada 10 Oktober 2018.
Selain kesenian Wayang Thengul, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga menetapkan kesenian Sandur di daerahnya juga masuk dalam warisan budaya tak benda.
"Kesenian Sandur selain Bojonegoro juga Tuban, sebab di daerah setempat juga ada kesenian Sandur. Tapi kalau Wayang Thengul hanya Bojonegoro. Kalau di Jawa Barat, namanya bukan wayang Thengul, tapi wayang Golek," ucapnya menjelaskan.
Menurut dia, kesenian Wayang Thengul di daerahnya berkembang cukup bagus, karena sekarang ini ada 10 dalang wayang Thengul dan satu dalang yang masih remaja, juga ada dua perajin wayang Thengul.
"Kalau kesenian Sandur hanya ada satu komunitas di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota," katanya menambahkan.
Seorang dalang Wayang Thengul di Bojonegoro Mardji Marto Deglek, menjelaskan masyarakat di daerahnya termasuk Tuban dan Nganjuk, juga sering menanggap pergelaran Wayang Thengul dengan memanggil dalang di daerahnya.
"Saya rata-rata bisa memperoleh tanggapan 20 kali dalam sebulan, tidak hanya di Bojonegoro, tapi juga Tuban dan Nganjuk. Ya biaya sekali menanggap Rp4 juta lengkap dengan pengrawit," ucapnya menambahkan.
Koreografer Disbudpar Bojonegoro Deny Ike Kirmayanti, menambahkan tari Thengul tidak hanya diminati para pelajar, SD, SMP dan SLTA, tapi juga ibu-ibu, sehingga mulai memasyarakat.
"Kalau tari Thengul yang sekarang berkembang di kalangan pelajar ada dua bentuk tarian," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018