Probolinggo (Antaranews Jatim) - Harga buah manggis saat panen perdana di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, melonjak hingga menembus Rp27.000 per kilogram dan harga tersebut lebih tinggi dibandingkan panen perdana tahun lalu sebesar Rp17.000 per kilogram.
     
"Panen buah manggis perdana tahun ini harganya berkisar Rp21.000 hingga Rp27.000 per kilogram," kata Edi, petani manggis di Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Selasa.
     
Menurut ia, harga buah manggis tahun ini melejit, bahkan lebih tinggi 50 persen dibandingkan harga jual tertinggi tahun lalu, sehingga hal tersebut sangat menguntungkan petani yang mulai memanen.
     
"Panen manggis lazimnya mulai dari November sampai Februari. Pada awal panen, biasanya manggis dipanen setiap tiga hari dan hasil panen berkisar 10-15 kilogram per pohon," tuturnya.
     
Ia menjelaskan, panen raya manggis berkisar satu hingga 1,5 bulan antara Desember hingga Januari dengan masa panen raya manggis bisa dipetik setiap hari atau dua hari sekali yang hasil bisa mencapai 20-30 kilogram per pohon.
   
"Harga jual panen perdana tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga tertinggi tahun lalu sebesar Rp17 ribu per kilogram. Pada awal panen tahun ini harganya mencapai Rp27.000 per kilogram," katanya.
     
Petani lainnya, Ludianto, mengatakan perubahan harga biasanya tergantung dari ekspor, sehingga ketika pintu ekspor dibuka, maka harga buah-buahan seperti manggis mulai tinggi. 
     
"Biasanya penurunan harga dipengaruhi panen raya, karena persediaan buah manggis sudah mulai banyak.Petani menjual manggis kepada tengkulak dalam keadaan segar, karena belum paham mengolah manggis menjadi produk turunannya," ujarnya.
     
Ia menilai bisnis pertanian buah manggis memiliki prospek yang cukup bagus di wilayah dataran tinggi, seperti di Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, karena hal itu terlihat dari antusias petani dalam menanam manggis.
     
"Kalau dulu manggis hanya ditanam di tepi-tepi kebun dengan komoditas utama adalah kopi, namun sekarang manggis sudah bergeser dari yang semula hanya tumpang sari, kini menjadi komoditas utama," katanya.
     
Ia berharap ada pembinaan lebih intensif dari pemerintah, terutama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo, karena petani juga masih belum paham tentang cara petik dan bagaimana cara sortir yang benar. 
     
"Para pedagang yang akan menjual buah manggis untuk ekspor juga masih menyewa jasa dari luar daerah, karena masih belum paham," katanya.
     
Ludianto juga berharap ada pelatihan membuat produk turunan manggis, seperti dijadikan obat, suplemen hingga produk kecantikan, karena jika mendapat ilmu itu, maka petani tidak hanya menjual manggisnya dalam keadaan segar lagi.
     
"Dengan mengolahnya menjadi produk turunan, petani bisa meraih pendapatan lebih tinggi dibandingkan menjual buah manggis ke pasar tradisional," ujarnya, menambahkan.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018