Surabaya (Antaranews Jatim) - Salah satu tim petugas kesehatan dokter Tanti Melani mengungkap lem yang dihirup lima remaja Kota Surabaya, Jawa Timur mengandung zat adiktif berupa "Lysergic Acid Diethylamide" yang dapat menimbulkan halusinasi.
"Sesaat setelah menghirup lem penggunanya akan merasa 'fly'," kata dr. Tanti Melani di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, hal itu dikarenakan kandungan "Lysergic Acid Diethilamide" (LSD) atau Asam Lisergat Dietilamida yang ada dalam lem masuk melalui hidung akan mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang.
LSD merupakan jenis bahan kimia baru yang bersifat halusinogen. Bahan kimia atau obat ini, berbentuk seperti kertas dan biasanya lekat dengan istilah psikadelik.
Jika penggunaan zat adiktif tersebut terus dilakukan, lanjut dia, maka dalam jangka panjang, efeknya bisa menyebabkan gangguan dalam tubuh seperti depresi pernafasan, otak dan paru.
"Nanti efeknya itu juga bisa addict (kecanduan)," katanya.
Diketahui lima anak yang sebelumnya terjaring razia oleh Tim Odong-odong Satpol Polisi Pamong Praja (PP) Surabaya karena kedapatan mabuk saat menghirup lem.
Mereka diketahui berumur sekitar 15-16 tahun terjaring razia di Jalan Banyu Urip, Surabaya pada Senin, (19/11). Mendapati hal itu, petugas Satpol PP membawa anak-anak tersebut ke Kantor Satpol PP Surabaya untuk dilakukan pembinaan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan fenomena ini terjadi di antaranya adalah salah satu pengaruh dari faktor lingkungan, seperti eks lokalisasi.
Bahkan dari hasil pemeriksaan psikolog, lanjut dia, lima anak tersebut diketahui memang mempunyai masalah dengan keluarga. "Jadi mereka dulunya punya masalah dengan keluarga," katanya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menuturkan biasanya permasalahan anak terjadi karena beberapa faktor di antaranya seperti pengaruh lingkungan, faktor pergaulan dan adanya masalah dengan pihak keluarga. Menurutnya, untuk menyelesaikan masalah anak, juga harus diimbangi dengan menyelesaikan masalah keluarga.
"Jadi kita nanti akan selesaikan masalah-masalah dengan para orang tuanya. Tadi saya juga sudah nitip ke (pihak) sekolah, agar dia bisa diterima kembali,” katanya.
Ia menjelaskan dua anak yang sudah putus sekolah itu selanjutnya akan diambil alih oleh Pemkot Surabaya untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Hal ini dilakukan agar ke depannya, anak-anak ini tidak kembali mengulangi perbuatannya dan mau untuk kembali bersekolah.
"Nanti mungkin saya tawarkan dia tinggal di kampung anak negeri. Supaya anak-anak ini mungkin punya talenta apa bisa kita kembangkan dan masih bisa sekolah," katanya.
Wali Kota Risma menyampaikan permasalahan anak-anak tersebut, terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Biasanya terjadi pada anak-anak putus sekolah sehingga anak-anak tersebut tidak mempunyai kesibukan dan kemudian terpengaruh dengan hal-hal negatif.
"Anak-anak ini tidak punya kesibukan dan kemudian mempengaruhi anak-anak lain. Ini yang paling saya takutkan (dampak) anak putus sekolah itu," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Sesaat setelah menghirup lem penggunanya akan merasa 'fly'," kata dr. Tanti Melani di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, hal itu dikarenakan kandungan "Lysergic Acid Diethilamide" (LSD) atau Asam Lisergat Dietilamida yang ada dalam lem masuk melalui hidung akan mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang.
LSD merupakan jenis bahan kimia baru yang bersifat halusinogen. Bahan kimia atau obat ini, berbentuk seperti kertas dan biasanya lekat dengan istilah psikadelik.
Jika penggunaan zat adiktif tersebut terus dilakukan, lanjut dia, maka dalam jangka panjang, efeknya bisa menyebabkan gangguan dalam tubuh seperti depresi pernafasan, otak dan paru.
"Nanti efeknya itu juga bisa addict (kecanduan)," katanya.
Diketahui lima anak yang sebelumnya terjaring razia oleh Tim Odong-odong Satpol Polisi Pamong Praja (PP) Surabaya karena kedapatan mabuk saat menghirup lem.
Mereka diketahui berumur sekitar 15-16 tahun terjaring razia di Jalan Banyu Urip, Surabaya pada Senin, (19/11). Mendapati hal itu, petugas Satpol PP membawa anak-anak tersebut ke Kantor Satpol PP Surabaya untuk dilakukan pembinaan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan fenomena ini terjadi di antaranya adalah salah satu pengaruh dari faktor lingkungan, seperti eks lokalisasi.
Bahkan dari hasil pemeriksaan psikolog, lanjut dia, lima anak tersebut diketahui memang mempunyai masalah dengan keluarga. "Jadi mereka dulunya punya masalah dengan keluarga," katanya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menuturkan biasanya permasalahan anak terjadi karena beberapa faktor di antaranya seperti pengaruh lingkungan, faktor pergaulan dan adanya masalah dengan pihak keluarga. Menurutnya, untuk menyelesaikan masalah anak, juga harus diimbangi dengan menyelesaikan masalah keluarga.
"Jadi kita nanti akan selesaikan masalah-masalah dengan para orang tuanya. Tadi saya juga sudah nitip ke (pihak) sekolah, agar dia bisa diterima kembali,” katanya.
Ia menjelaskan dua anak yang sudah putus sekolah itu selanjutnya akan diambil alih oleh Pemkot Surabaya untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Hal ini dilakukan agar ke depannya, anak-anak ini tidak kembali mengulangi perbuatannya dan mau untuk kembali bersekolah.
"Nanti mungkin saya tawarkan dia tinggal di kampung anak negeri. Supaya anak-anak ini mungkin punya talenta apa bisa kita kembangkan dan masih bisa sekolah," katanya.
Wali Kota Risma menyampaikan permasalahan anak-anak tersebut, terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Biasanya terjadi pada anak-anak putus sekolah sehingga anak-anak tersebut tidak mempunyai kesibukan dan kemudian terpengaruh dengan hal-hal negatif.
"Anak-anak ini tidak punya kesibukan dan kemudian mempengaruhi anak-anak lain. Ini yang paling saya takutkan (dampak) anak putus sekolah itu," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018