Malang (Antaranews Jatim) - Badan Pusat Statistik Kota Malang menyatakan bahwa kenaikan harga daging ayam pada Oktober 2018 sebesar 7,12 persen, menjadi salah satu pemicu inflasi sebesar 0,30 persen.

Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Malang Dwi Handayani di Malang, Kamis, mengatakan bahwa pada Oktober 2018, harga daging ayam tercatat mengalami kenaikan 7,12 persen dan memberikan andil inflasi mencapai 0,09 persen.

"Upaya kita supaya inflasi kedepan tidak terlalu tinggu. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengendalikan harga daging ayam supaya tidak naik lagi," kata Dwi, di Kantor BPS Kota Malang.

Menurut Dwi, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari para pedagang ayam potong di Kota Malang, harga daging ayam telah mengalami kenaikan dari pemasok.

Berdasar catatan BPS, Kota Malang merupakan salah satu kota yang tingkat konsumsi daging ayamnya relatif paling tinggi dibandingkan kota-kota lainnya yang ada di Jawa Timur.

"Kenaikan paling tinggi jika dibandingkan kota lainnya di Jawa Timur," kata Dwi.

Pada Oktober 2018, kelompok bahan makanan menyumbang inflasi paling tinggi di Kota Malang dibanding kelompok lainnya. Tercatat, bahan makanan menyumbang tingkat inflasi mencapai 0,57 persen dan diikuti sandang sebesar 0,44 persen.

Pada kelompok bahan makanan, selain kenaikan harga daging ayam ras, cabai merah memberikan andil sebesar 0,04 persen dengan kenaikan mencapai 17,82 persen, cabai rawit naik 2,48 persen dengan andil 0,02 persen, dan tahu mentah mengalami kenaikan harga 5,26 persen dengan andil 0,02 persen.

Tercatat inflasi tahun kalender Kota Malang sebesar 1,93 persen, dan inflasi YoY atau jika dibandingkan dengan Oktober 2018 mencapai 2,71 persen.(*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018