Surabaya (Antaranews Jatim) - Empat pakar komunikasi lintas negara masing-masing asal Indonesia, Australia dan Filipina membahas peluang dan tantangan masyarakat di era digital di sela seminar internasional yang digelar mahasiswa S2 jurusan Media dan Komunikasi Fisip Universitas Airlangga Surabaya, Rabu.

Seminar internasional bertajuk “Digital Society : Challenging and Opportunities in (Indonesia) Future” di Surabaya itu menghadirkan Panizza Allmark (Associate Professor, Edith Cowan University, Australia), Prof. Rachmah Ida, M.Com., Ph.D.( Universitas Airlangga, Surabaya), Prof. Dedy Mulyana, MA.,Ph.D., (Universitas Padjajaran, Bandung), serta Dr. Elizabeth Enriquez (University of The Philippines, The Philippines).

Pada kesempatan tersebut, Panizza Almark selaku pembicara kunci yang memaparkan dampak selfie (swafoto) di lokasi-lokasi wisata terhadap masyarakat Indonesia di era digital.

Menurut dia, Indonesia yang memiliki jumlah pengguna facebook dan instagram terbesar keempat di dunia, bahkan di Asia Pasifik yang menduduki peringkat pertama menjadikan dampak yang besar pula terhadap masyarakat di era digital saat ini.

“Sekarang pengguna media sosial memposting dan memberikan komentar maka akan berdampak besar pada dunia wisata, sebab mereka terpengaruh terhadap efek visual yang ditampilkan,” ujarnya.

Bahkan, guru besar komunikasi itu melihat ada beberapa lokasi wisata di Indonesia yang menyediakan spot khusus dan didesain semenarik mungkin untuk berswafoto (selfie), seperti di “Rabbit Town” di Bandung, Jawa Barat.

Sementara itu, Prof. Dedy Mulyana, MA.,Ph.D., dalam paparannya menyampaikan, meski saat ini komunikasi digitla berkembang pesat, tapi komunikasi interpersonal tetap sangat penting dan tak bisa tergantikan.

“Pertumbuhan media sosial tidak membuat komunikasi tatap muka menjadi tak penting, sebab banyak aspek yang tak bisa direplikasi oleh komunikasi digital,” ucapnya.

Berikutnya, Dr. Elizabeth Enriquez menyampaikan dengan adanya perkembangan teknologi saat ini sangat membantu, seperti halnya buruh migran yang tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga maupun kerabatnya di negara asal.

“Adanya ponsel pintar, komputer dan sosial media semakin memudahkan komunikasi, bahkan bisa membuat kelompok atau komunitas komunikasi sendiri,” katanya.

Sedangkan, Prof. Rachmah Ida, M.Com., Ph.D dalam paparannya menyampaikan bagaimana pertumbuhan internet sekarang bermunculan dengan berbagai alternatif dan sektor, seperti politik ataupun budaya.

“Dari segi politik, muncul gerakan-gerakan saling dukung atau sebaliknya, kemudian dari segi budaya muncul kebiasaan-kebiasaan populer yang diikuti banyak orang, semisal aplikasi Tik Tok beserta artisnya,” katanya.

Di tempat sama, Ketua Program Studi Media dan Komunikasi Fisip Unair, Dr Santi Isnaini S.Sos, MM mengapresiasi kegiatan seminar internasional yang digelar kali kedua ini dan berharap mampu  mengupas bagaimana tantangan dan kesempatan, peran serta fungsi media dan komunikasi di era digital pada bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Selain itu, pada kesempatan sama juga digelar kegiatan “2nd International Post Graduate Conference on Media and Communication (2nd IPCOMC)”, yakni salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas berpikir kritis bagi para civitas akademika yang fokus dalam perkembangan masyarakat. 

Melalui berbagai karya ilmiah, kata dia, para pemikir dalam bidang media dan komunikasi dalam lingkup internasional bersama-sama melakukan pemikiran kritis terhadap perkembangan media dan komunikasi dalam era digital pada bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

“Diharapkan melalui kegiatan ini, menghasilkan solusi yang aplikatif melalui karya ilmiah yang dipresentasikan,” katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018