Malang (Antaranews Jatim) - Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menjadi guru magang di SD Darul Muhmin Satun, Thailand, menerima penghargaan sebagai guru teladan (Teacher of he Year) dari Kementerian Pendidikan Negeri Gajah Putih itu.
Ketiga mahasiswa itu adalah Arfi Alfaruq Muhibbillah mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Syamsul Rijal mahasiswa Civic Hukum, dan Widodo Herlambang mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Ketiganya merupakan mahasiswa angkatan 2015 yang menerima gelar kehormatan itu langsung dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pendidikan Satun, Thailand, Somkid Joeychum.
"Selain mengajar, kami juga menginisiasi pembentukan sebuah koperasi yang kami beri nama 'Aroi'. Nama koperasi ini merupakan akronim dari nama kami bertiga. Aroi dalam bahasa Thailand berarti enak," kata Arfi Alfaruq Muhibbillah, salah seorang mahasiswa yang mendapatkan penghargaan tersebut di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut Arfi, pembentukan koperasi beratmosfir internasional inilah yang lebih banyak memberikan poin sehingga ia dan dua orang temannya meraih penghargaan sebagai guru teladan 2018 di Thailand. "Sayangnya kami magang hanya satu bulan saja di Thailand," ucap Arfi.
Arfi mengaku ia dan rekan-rekannya memilih SD Darul Muhmin Satun, Thailand tersebut, karena dilatarbelakangi ketertinggalan sekolah itu dalam bidang bahasa Inggris. Sebab, setiap siswa, guru maupun lainnya yang ada di sekolah itu yang membeli keperluan apapun di koperasi harus berbahasa Inggris.
Sementara warga di lingkungan sekolah Darul Muhmin tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. Sejumlah guru bahasa Inggris di sekolah itu dan di sekolah lainnya juga banyak yang bukan lulusan pendidikan Bahasa Inggris, sehingga memiliki pengetahuan terbatas.
Ia mengaku diperolehnya penghargaan itu juga terbilang tak direncanakan. Saat bermain game untuk mengenalkan Bahasa Jawa, secara kebetulan Sekjen melihat aktivitas mereka. “Setelah itu kami diminta pihak sekolah untuk menemui Sekjen Pendidikan Satun. Kata Sekjen, banyak mahasiswa yang pernah melakukan program serupa, namun milik kami dinilai yang paling berhasil," ujarnya.
Selain mengajarkan bahasa Inggris, mereka juga saling bertukar pengetahuan budaya masing-masing dan tentang ke-Islaman. "Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi kami karena datangnya langsung dari Pemerintah Thailand. Kami yakin tentunya gelar ini melewati pertimbangan yang matang," kata Nurwidodo, Kepala Unit Magang dan Micro Teaching Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM.
Nurwidodo sempat kaget bahwa mahasiswanya bisa mendapat penghargaan ini. "Guru asli sana saja belum dapat. Kok, mahasiswa kita yang dapat dan dijadikan contoh untuk guru-guru asli di Thailand. Tentunya ini prestasi yang sangat membanggakan," kata Nurwidodo.
ketiga mahasiswa tersebut, 22 dari 53 mahasiswa yang mengikuti program magang mengajar di Thailand mendapat tawaran untuk menjadi guru resmi di tempat mereka mengajar, dengan syarat lulus sarjana terlebih dulu. "Kami panggil semua alumni yang magang di Thailand, terutama yang 22 mahasiswa itu, kami imbau agar segera lulus dan mengajar di sana," tuturnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Ketiga mahasiswa itu adalah Arfi Alfaruq Muhibbillah mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Syamsul Rijal mahasiswa Civic Hukum, dan Widodo Herlambang mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Ketiganya merupakan mahasiswa angkatan 2015 yang menerima gelar kehormatan itu langsung dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pendidikan Satun, Thailand, Somkid Joeychum.
"Selain mengajar, kami juga menginisiasi pembentukan sebuah koperasi yang kami beri nama 'Aroi'. Nama koperasi ini merupakan akronim dari nama kami bertiga. Aroi dalam bahasa Thailand berarti enak," kata Arfi Alfaruq Muhibbillah, salah seorang mahasiswa yang mendapatkan penghargaan tersebut di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut Arfi, pembentukan koperasi beratmosfir internasional inilah yang lebih banyak memberikan poin sehingga ia dan dua orang temannya meraih penghargaan sebagai guru teladan 2018 di Thailand. "Sayangnya kami magang hanya satu bulan saja di Thailand," ucap Arfi.
Arfi mengaku ia dan rekan-rekannya memilih SD Darul Muhmin Satun, Thailand tersebut, karena dilatarbelakangi ketertinggalan sekolah itu dalam bidang bahasa Inggris. Sebab, setiap siswa, guru maupun lainnya yang ada di sekolah itu yang membeli keperluan apapun di koperasi harus berbahasa Inggris.
Sementara warga di lingkungan sekolah Darul Muhmin tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. Sejumlah guru bahasa Inggris di sekolah itu dan di sekolah lainnya juga banyak yang bukan lulusan pendidikan Bahasa Inggris, sehingga memiliki pengetahuan terbatas.
Ia mengaku diperolehnya penghargaan itu juga terbilang tak direncanakan. Saat bermain game untuk mengenalkan Bahasa Jawa, secara kebetulan Sekjen melihat aktivitas mereka. “Setelah itu kami diminta pihak sekolah untuk menemui Sekjen Pendidikan Satun. Kata Sekjen, banyak mahasiswa yang pernah melakukan program serupa, namun milik kami dinilai yang paling berhasil," ujarnya.
Selain mengajarkan bahasa Inggris, mereka juga saling bertukar pengetahuan budaya masing-masing dan tentang ke-Islaman. "Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi kami karena datangnya langsung dari Pemerintah Thailand. Kami yakin tentunya gelar ini melewati pertimbangan yang matang," kata Nurwidodo, Kepala Unit Magang dan Micro Teaching Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM.
Nurwidodo sempat kaget bahwa mahasiswanya bisa mendapat penghargaan ini. "Guru asli sana saja belum dapat. Kok, mahasiswa kita yang dapat dan dijadikan contoh untuk guru-guru asli di Thailand. Tentunya ini prestasi yang sangat membanggakan," kata Nurwidodo.
ketiga mahasiswa tersebut, 22 dari 53 mahasiswa yang mengikuti program magang mengajar di Thailand mendapat tawaran untuk menjadi guru resmi di tempat mereka mengajar, dengan syarat lulus sarjana terlebih dulu. "Kami panggil semua alumni yang magang di Thailand, terutama yang 22 mahasiswa itu, kami imbau agar segera lulus dan mengajar di sana," tuturnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018