Malang (Antaranews Jatim) - Sekolah Lapang Iklim (SLI) berupaya untuk memberdayakan petani tebu khususnya di wilayah Kabupaten Malang, dengan memperdalam pengetahuan para petani tentang teknik budi daya serta penggunaan informasi cuaca dan iklim.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Klimatologi Malang Anung Suprayitno mengatakan bahwa setor pertanian sangat berdampak terhadap perubahan iklim, termasuk tanaman tebu. Diharapkan, para petani bisa memahami permasalahan terkait iklim tersebut.

"Supaya tumbuh dengan baik, maka tebu harus ditanam di waktu yang tepat. Agar dapat melakukan hal tersebut, maka petani harus melek iklim, dan karena itulah kami lakukan SLI tebu," kata Anung, di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Kamis.

USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK), Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dinas Pertanian, bersama dua puluh lima petani secara resmi menutup kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) tebu melalui panen raya.

Dalam SLI tebu, petani belajar tentang cara pemeliharaan tanaman, pengendalian gulma dan hama, mengamati lingkungan sekitar kebun, mengukur suhu udara, serta menganalisis kondisi tanah. Selama sepuluh bulan, para petani mempelajari dan langsung menerapkannya pada petak percontohan.

Selain itu, SLI juga mendorong petani untuk memproduksi benih tebu berkualitas. Berdasar catatan, para petani di Wonokerto mengaku menggunakan bibit dari sumber yang ditanam tujuh tahun lalu.

Padahal, menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula (P3GI) Pasuruan, penggunaan bibit melebihi tiga kali masa panen dapat mengurangi produktivitas. Para petani tersebut menggunakan benih baru dari kultur jaringan P3GI, dan dari hasil perhitungan perkiraan panen, pada petak percontohan seluas setengah hektare mampu menghasilkan 60 ton tebu.

Dalam kesempatan tersebut, Manajer Regional Program USAID APIK, Ardanti Sutarto mengatakan, melalui SLI petani tidak hanya dapat membudidayakan tebu dengan lebih baik, namun juga bisa menjadi penangkar benih.

"Capaian tersebut sungguh melampaui apa yang kami harapkan," kata Ardanti.

Pembelajaran SLI tebu telah disebarluaskan ke petani di desa lain di Kecamatan Bantur, yakni Desa Rejosari, Rejoyoso, Sumber Rejo, dan Karang Sari. Para petani tersebut berkomitmen untuk membagikan pengetahuan yang telah diterimanya kepada para petani lain di berbagai wilayah.

Tebu merupakan komoditas unggulan Jawa Timur. Sebagai lumbung tebu nasional, Jawa Timur berkontribusi sebanyak 1,25 juta ton dari total produksi nasional 2,33 juta ton.

Perkebunan tebu tersebar di berbagai wilayah di antaranya Jember, Kediri, Lamongan, dan Malang. Di Kabupaten Malang, USAID APIK menggandeng petani tebu di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur.(*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018