Jakarta (Antaranews jatim) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak terapresiasi sebesar 48 poin menjadi Rp14.880 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.928 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail di Jakarta, Kamis mengatakan mata uang dolar AS bergerak melemah terhadap beberapa mata uang dunia seperti euro dan pound sterling menyusul pernyataan Presiden The Fed St. Louis James Bullard bahwa The Fed harus menghentikan kenaikan tingkat suku bunga.
"Risiko perang dagang dan data ekonomi yang belum cukup kuat menjadi salah satu alasan bagi pejabat The Fed itu untuk menghentikan kenaikan suku bunga," paparnya.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, mata uang rupiah diuntungkan. Namun, masih adanya risiko yang tinggi bagi mata uang negara-negara berkembang akibat krisis keuangan yang terjadi Argentina, Turki dan Afrika Selatan dapat menahan apresiasi rupiah.
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong, mengatakan pelaku pasar uang masih dibayangi sentimen negatif eksternal sehingga pergerakan positif rupiah diperkirakan masih cenderung terbatas.
"Prospek jangka pendek, mata uang negara berkembang masih negatif karena sentimen perang dagang," katanya.
Ia mengharapkan prospek makro ekonomi Indonesia yang masih kuat dapat mendorong investor kembali masuk untuk mengakumulasi aset berdenominasi rupiah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail di Jakarta, Kamis mengatakan mata uang dolar AS bergerak melemah terhadap beberapa mata uang dunia seperti euro dan pound sterling menyusul pernyataan Presiden The Fed St. Louis James Bullard bahwa The Fed harus menghentikan kenaikan tingkat suku bunga.
"Risiko perang dagang dan data ekonomi yang belum cukup kuat menjadi salah satu alasan bagi pejabat The Fed itu untuk menghentikan kenaikan suku bunga," paparnya.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, mata uang rupiah diuntungkan. Namun, masih adanya risiko yang tinggi bagi mata uang negara-negara berkembang akibat krisis keuangan yang terjadi Argentina, Turki dan Afrika Selatan dapat menahan apresiasi rupiah.
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong, mengatakan pelaku pasar uang masih dibayangi sentimen negatif eksternal sehingga pergerakan positif rupiah diperkirakan masih cenderung terbatas.
"Prospek jangka pendek, mata uang negara berkembang masih negatif karena sentimen perang dagang," katanya.
Ia mengharapkan prospek makro ekonomi Indonesia yang masih kuat dapat mendorong investor kembali masuk untuk mengakumulasi aset berdenominasi rupiah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018