Banda Aceh (Antaranews jatim) - Seekor gajah jinak berkelamin betina berusia sekitar 40 tahun ditemukan mati di Conservation Respons Unitÿ (CRU) Mila, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo di Banda Aceh, Rabu, mengatakan gajah jinak tersebut ditemukan mati pada Senin (13/8) petang.
"Gajah betina yang ditemukan mati bernama Retno. Paginya, gajah tersebut masih terlihat ketika pawangnya memberi pakan. Namun sore harinya, gajah tersebut ditemukan mati," kata Sapto Aji Prabowo.
Sapto menyebutkan, dari analisis awal ada tanda-tanda keracunan, tetapi bukan berarti gajah betina itu diracun. Dan ini dibuktikan pendarahan di jantung, usus, dan ginjal.
Namun setelah diperiksa, kata dia, tidak ada jejak racun di usus. Dan ini membuat tim dokter hewan agak ragu membuat analisis penyebab kematian gajah.
Akan tetapi, dari hasil diskusi tim, lanjut dia, dugaan awal gajah tersebut mati karena minum air sungai yang terpapar tuba ikan. Gajah tersebut memang ditambat di dekat sungai karena kondisi di wilayah itu kekeringan.
Sapto Aji menjelaskan, tuba ikan tidak langsung membunuh gajah. Gajah jatuh setelah minum air sungai yang diduga bercampur tuba. Kemudian gajah meronta, sehingga menyebabkan jantungnya lemah dan kemudian mati.
"Sungai di sekitar tempat itu sering orang menuba ikan. Ditambah lagi kondisi sungai yang debit airnya sedikit akibat kekeringan. Kemungkinan, gajah betina itu meminum air sungai yang bercampur tuba," kata Sapto Aji Prabowo mengungkapkan.
Analisa ini juga diperkuat tidak ada tanda-tanda mencurigakan, seperti makanan di sekitar gajah tersebut terkontaminasi racun. Begitu juga dengan umur gajah tidak tua sekali yang menyebabkan kematiannya.
"Dugaan sementara kemungkinan karena racun, tetapi bukan diracun. Kalau motif diracun kecil sekali kemungkinannya karena gajah tersebut betina, tidak ada gadingnya," kata Sapto Aji Prabowo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo di Banda Aceh, Rabu, mengatakan gajah jinak tersebut ditemukan mati pada Senin (13/8) petang.
"Gajah betina yang ditemukan mati bernama Retno. Paginya, gajah tersebut masih terlihat ketika pawangnya memberi pakan. Namun sore harinya, gajah tersebut ditemukan mati," kata Sapto Aji Prabowo.
Sapto menyebutkan, dari analisis awal ada tanda-tanda keracunan, tetapi bukan berarti gajah betina itu diracun. Dan ini dibuktikan pendarahan di jantung, usus, dan ginjal.
Namun setelah diperiksa, kata dia, tidak ada jejak racun di usus. Dan ini membuat tim dokter hewan agak ragu membuat analisis penyebab kematian gajah.
Akan tetapi, dari hasil diskusi tim, lanjut dia, dugaan awal gajah tersebut mati karena minum air sungai yang terpapar tuba ikan. Gajah tersebut memang ditambat di dekat sungai karena kondisi di wilayah itu kekeringan.
Sapto Aji menjelaskan, tuba ikan tidak langsung membunuh gajah. Gajah jatuh setelah minum air sungai yang diduga bercampur tuba. Kemudian gajah meronta, sehingga menyebabkan jantungnya lemah dan kemudian mati.
"Sungai di sekitar tempat itu sering orang menuba ikan. Ditambah lagi kondisi sungai yang debit airnya sedikit akibat kekeringan. Kemungkinan, gajah betina itu meminum air sungai yang bercampur tuba," kata Sapto Aji Prabowo mengungkapkan.
Analisa ini juga diperkuat tidak ada tanda-tanda mencurigakan, seperti makanan di sekitar gajah tersebut terkontaminasi racun. Begitu juga dengan umur gajah tidak tua sekali yang menyebabkan kematiannya.
"Dugaan sementara kemungkinan karena racun, tetapi bukan diracun. Kalau motif diracun kecil sekali kemungkinannya karena gajah tersebut betina, tidak ada gadingnya," kata Sapto Aji Prabowo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018