Uluwatu (Antaranews Jatim) - Pilihlah tempat strategis yaitu di tempat duduk tertinggi di bagian timur menghadap ke laut untuk menonton pergelaran Tari Kecak di komplek Pura Uluwatu, di Desa Adat Pecatu, Kabupaten Badung, Bali.

Strategis disini menonton Tari Kecak harus bisa mengambil lokasi menghadap ke laut, karena Tari Kecak yang mengusung Sendratari Ramayana itu, berlangsung sore hari menjelang matahari tenggelam.

"
Sejumlah wisatawan manca negara (wisman) memenuhi panggung pergelaran Tari Kecak di Uluwatu, Rabu (8/8). (Slamet Agus Sudarmojo.)
," ucap seorang warga Pecatu Wayan, dalam perbicangan dengan Antarajatim, di luar panggung, Rabu (8/8).

Ia kemudian memberikan gambaran bahwa Tari Kecak yang durasi pertunjukan sekitar 1 jam, selalu menyedot wisman, juga wisatawan domestik (wisdom).

Selain itu, pergelaran Tari Kecak bisa tampil di lokasi setempat di luar jadwal yang ditentukan dengan catatan pemesannya minimal 1.000 penonton.

"Ya silahkan hitung sendiri pendapatan para pemain Tari Kecak. Yang saya ketahui bayaran tertinggi yang berperan sebagai Hanoman. Penari perempuan bayarannya juga cukup besar," ucap dia menjelaskan.

Pura Uluwatu memiliki tebing yang tinggi dengan pemandangan panorama laut lepas yang indah terutama saat matahari tenggelam. Selain bisa menyaksikan Tari Kecak pengunjung bisa duduk di tempat duduk di tempat yang sudah disediakan menghadap laut lepas.

Tari Kecak yang mengabungkan unsur tari, teater, magis, termasuk juga unsur  musik,  mampu memukau, juga menghibur penonton yang sebagian besar wisman.

Adegan diawali dengan pemasangan asesoris mirip patung kayu warna hitam yang dipucuknya juga kanan kirinya menyala semacam obor.

Menyusul setelah itu puluhan laki-laki penari kecak telanjang dibalut pakaian bawah kotak-kotak hitam masuk mengelilingi assesoris dengan memainkan musik mulut didominasi suara "cak".

Karena suara yang keluar bersahut-sahutan sesekali irama musik dari suara penari kecak lebih dekat dengan irama jazz dibandingkan dengan irama lainnya.

Suguhan di setiap adegan cukup menghibur penonton, mulai tari-tarian,  perang, juga adegan dialog dari aktornya dengan penonton.

Salah satunya tokoh Rahwana berusaha mengajak berdialog dengan penonton."Halo ladies and gentleman. Do you understand (anda mengerti)," ucapnya.

Dijawab kompak penonton," Noooooo," diiringi tawa berderai dari penonton yang sebagian besar wisman dari berbagai negara.

Tokoh Sang Rahwana itupun menyahut dengan Bahasa Inggris kurang lebih,"Saya berharap ada mengerti meskipun tidak mengerti," ujarnya yang disambut tawa dan tepuk tangan penonton lagi.

Di adegan Hanoman "Obong" atau dibakar, juga cukup memukau karena bersamaan dengan datangnya gelap sehingga api  dari sabut yang dibakar melingkar mengelilingi Hanoman menjadi penerang, juga menimbulkan efek tajam warna putih di wajah Hanoman.

"Usai pertunjukan biasanya penonton diberi kesempatan berfoto bersama dengan tim Tari Kecak. Yang paling laris diajak foto bersama ya Hanoman," ucap pemeran Hanoman yang mengaku bernama Agus.

Bahkan, sebelum acara selesai berkali-kali Hanoman harus melayani sejumlah wisman berfoto bersama yang juga ikut terbawa memperagakan gaya kera Hanoman.

Rombongan wartawan Tuban dan Bojonegoro dalam kegiatan Media Gathering yang digelar Semen Indonesia, harus bernasib kurang baik.

Rombongan datang di lokasi panggung yang dimanfaatkan lokasi Tari Kecak sudah penuh sesak, sehingga sejumlah wartawan terpaksa harus mengambil gambar dari luar panggung.

Sepulang menyaksikan Tari Kecak sejumlah wartawan berusaha menghitung pendapatan dalam pementasan Tari Kecak dengan harga karcis masuk untuk wisatawan domestik (wisdom) Rp100.000/orang dan wisatawan manca negara (wisman) Rp125.000/orang.

"Tadi penontonnya sekitar 1.400 orang. Ya kalau dihitung penghasilan sekali pergelaran Tari Kecak bisa sekitar Rp130 juta," ucap seorang wartawan asal Bojonegoro.

Di dalam Sendratari Ramayana dikisahkan bahwa dengan akal buruknya Dewi Kakayi (ibu tiri) dari Sri Rama, Putra Mahkota dari Kerajaan Ayodya mampu diasingkan dari istana ayahnya yaitu Sang Prabu Dasa Rata.

Bersama istrinya Dewi Sinta, juga adiknya laki-laki, maka Sri Rama pergi ke Hutan Dandaka. Di kawasan hutan Dandaka itu keberadaan mereka diketahui  Prabu Dasamuka (Rahwana).

Sang Prabu Rahwana terpikat kecantikan Dewi Sinta dan berhasil menculik Dewi Sinta. Dalam kisah kemudian Rama berusaha menolong sang istri, yang akhirnya dengan dibantu bala tentara kera di bawah koordinator lapangan (korlap) panglima Hanoman berhasil merebut kembali Dewi Sinta. (*)
Video Oleh Slamet Agus Sudarmojo
 




 

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018