Jember (Antaranews Jatim) - Nelayan di pesisir selatan Kabupaten Jember, Jawa Timur tidak melaut selama beberapa hari terakhir akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan laut selatan.
"Sejak pertengahan Juli lalu kami tidak melaut karena cuaca buruk dan ombak cukup tinggi, sehingga kami bekerja memperbaiki jaring perahu yang rusak," kata Fauzi, salah seorang nelayan di Jember, Kamis.
Kendati demikian, lanjut dia, sebagian nelayan tetap nekat melaut karena desakan kebutuhan ekonomi untuk memenuhi keperluan sehari-hari keluarganya, sehingga nelayan harus ekstra hati-hati selama di laut.
Sementara Kepala Satuan Polisi Perairan (Satpolair) Jember AKP Harry Pamoedji mengimbau nelayan untuk tidak nekat melaut karena ombak cukup tinggi, sehingga dapat membahayakan keselamatan nelayan.
"Beberapa hari terakhir ombak cukup tinggi, bahkan mencapai 6 meter di perairan laut selatan Jember, sehingga kami imbau nelayan tidak melaut dulu hingga kondisi kembali normal," tuturnya.
Untuk memberikan informasi kepada nelayan, lanjut dia, pihaknya sudah memasang bendera hitam di dermaga Tempat Pelelangan Ikan di Kecamatan Puger yang menandakan cuaca buruk di perairan laut selatan.
"Bahkan sempat ada sebuah perahu nelayan yang sudah melaut sejak Minggu (22/7) tidak bisa masuk ke Plawangan Puger pada Rabu (25/7) karena ombak cukup tinggi mencapai 6 meter, sehingga berlindung di Pulau Nusa Barong dan alhamdulillah hari ini perahu sudah bisa masuk ke Plawangan Puger," katanya.
Ia berharap nelayan Jember tidak nekat melaut karena cuaca masih buruk dan dapat membahayakan keselamatan nelayan, namun kalau memang nekat melaut harus mewaspadai ancaman gelombang laut yang tinggi, sehingga nelayan diimbau menunggu kondisi perairan kembali normal.
"Pekan lalu sebuah kapal motor atau perahu payang 'Joko Berek' diterjang ombak tinggi hingga menyebabkan kapal terbalik dan kandas di Plawangan Puger, sehingga delapan nelayan meninggal dunia, satu nelayan hilang hingga kini belum ditemukan, dan 13 nelayan selamat," ujarnya.
Pihak BMKG Maritim Perak Surabaya juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai tingginya gelombang laut mencapai 5 meter hingga 7 meter di perairan selatan Jawa Timur dan Samudera Hindia selatan Jatim. Kondisi itu diperkirakan akan masih berlangsung hingga akhir Juli 2018. *
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Sejak pertengahan Juli lalu kami tidak melaut karena cuaca buruk dan ombak cukup tinggi, sehingga kami bekerja memperbaiki jaring perahu yang rusak," kata Fauzi, salah seorang nelayan di Jember, Kamis.
Kendati demikian, lanjut dia, sebagian nelayan tetap nekat melaut karena desakan kebutuhan ekonomi untuk memenuhi keperluan sehari-hari keluarganya, sehingga nelayan harus ekstra hati-hati selama di laut.
Sementara Kepala Satuan Polisi Perairan (Satpolair) Jember AKP Harry Pamoedji mengimbau nelayan untuk tidak nekat melaut karena ombak cukup tinggi, sehingga dapat membahayakan keselamatan nelayan.
"Beberapa hari terakhir ombak cukup tinggi, bahkan mencapai 6 meter di perairan laut selatan Jember, sehingga kami imbau nelayan tidak melaut dulu hingga kondisi kembali normal," tuturnya.
Untuk memberikan informasi kepada nelayan, lanjut dia, pihaknya sudah memasang bendera hitam di dermaga Tempat Pelelangan Ikan di Kecamatan Puger yang menandakan cuaca buruk di perairan laut selatan.
"Bahkan sempat ada sebuah perahu nelayan yang sudah melaut sejak Minggu (22/7) tidak bisa masuk ke Plawangan Puger pada Rabu (25/7) karena ombak cukup tinggi mencapai 6 meter, sehingga berlindung di Pulau Nusa Barong dan alhamdulillah hari ini perahu sudah bisa masuk ke Plawangan Puger," katanya.
Ia berharap nelayan Jember tidak nekat melaut karena cuaca masih buruk dan dapat membahayakan keselamatan nelayan, namun kalau memang nekat melaut harus mewaspadai ancaman gelombang laut yang tinggi, sehingga nelayan diimbau menunggu kondisi perairan kembali normal.
"Pekan lalu sebuah kapal motor atau perahu payang 'Joko Berek' diterjang ombak tinggi hingga menyebabkan kapal terbalik dan kandas di Plawangan Puger, sehingga delapan nelayan meninggal dunia, satu nelayan hilang hingga kini belum ditemukan, dan 13 nelayan selamat," ujarnya.
Pihak BMKG Maritim Perak Surabaya juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai tingginya gelombang laut mencapai 5 meter hingga 7 meter di perairan selatan Jawa Timur dan Samudera Hindia selatan Jatim. Kondisi itu diperkirakan akan masih berlangsung hingga akhir Juli 2018. *
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018