Surabaya (Antaranews Jatim) - Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengumpulkan para pakar nasional dan internasional guna membahas pengembangan informasi geospasial dalam kegiatan "Geomatics International Conference" (GeoIcon) di Surabaya, Kamis.

Konfrensi itu mendatangkan Ketua Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia, Prof Dr Hasanuddin Zainal Abidin dan CEO Magellan System Japan Inc, Nobuhiro Kishimoto guna membahas pengembangan informasi geospasial yang lebih akurat untuk pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia.

Kepala Departemen Teknik Geomatika ITS, Muhammad Nur Cahyadi mengatakan, konfrensi dihadiri antara lain Badan Perencanaan Pembangungan Kota (Bappeko), instansi militer dan institusi terkait itu mengangkat tema "Geospasial Technology for Mapping The Future: Human Resource Development" mengingat urgensitas dari pengadaan data geospasial.

"Peserta luar seperti dari Malaysia, Thailand dan lain-lain juga hadir untuk tahun ini, peserta paling jauh berasal dari Rusia dan Polandia," kata dia.

Sementara itu, Ketua Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia Hasanuddin Zainal Abidin mengatakan informasi geospasial ini penting adanya karena geospasial merupakan informasi yang menunjukkan posisi suatu objek yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi dengan mengacu pada suatu sistem koordinat.

Dengan informasi berupa data spasial yang cukup memadai, lanjut dia, kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia tentu akan dapat dimanfaatkan dengan baik.

"Sayangnya, informasi geospasial yang selama ini tersedia di Indonesia tidak begitu detail," ujar mantan Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ini.

Pria yang akrab disapa Hasan ini menjelaskan, mayoritas data geospasial yang ada di Indonesia masih berada dalam skala 1 : 50.000. Data ini ia nilai kurang akurat, mengingat kebutuhan data spasial yang dibutuhkan sebuah instansi atau lembaga berada dalam skala 1 : 5.000. Dengan tuntutan akurasi tersebut, dibutuhkan banyak sumber daya manusia yang nantinya akan terlibat.

"Indonesia ini negara yang sangat luas, butuh banyak surveyor untuk membuat data geospasial yang terperinci," tutur pria lulusan University of New Brunswick, Kanada ini.

Apabila ketidakakuratan data yang ada dapat menimbulkan konflik sosial. Untuk itu, BIG telah mencanangkan Kebijakan Satu Peta Nasional (One Map Policy) demi menghindari masalah yang kemungkinan dapat terjadi.

Mendukung kebijakan tersebut, GeoIcon juga mengundang CEO sebuah perusahaan penyedia data spasial dari Jepang, Nobuhiro Kishimoto. Perusahaan berbasis riset ini menggunakan teknologi yang cukup canggih sehingga mampu menyediakan data dengan akurasi tinggi.

Nobuhiro mengklaim, dengan teknologi tersebut, penyelesaian "One Map Policy" yang diwacanakan pemerintah Indonesia mampu diselesaikan dengan lebih cepat lagi.

"Kami memiliki satelit yang cukup sensitif juga perangkat lunak semacam GPS (global positioning system) dengan akurasi yang cukup," katanya.

GPS itu menggunakan drone untuk pengambilan gambar, data yang didapat akan cukup jelas. Nobuhiro juga mengatakan, pihaknya akan dengan senang hati berbagi apabila Indonesia membutuhkan bantuan untuk data spasial ini.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018