Shanghai (Antaranews Jatim/Reuters) - Pasar saham Asia akan diperdagangkan bergelombang pada Jumat, beberapa jam menjelang tenggat waktu AS memberlakukan tarif pada impor produk-produk Tiongkok yang telah mengguncang pasar keuangan dalam beberapa pekan terakhir karena investor khawatir hal itu dapat memicu perang perdagangan global penuh.

Pada Kamis (5/7), Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat akan mulai memungut tarif pada impor dari Tiongkok senilai 34 miliar dolar AS pada pukul 24.01 waktu Washington (04.01 GMT) pada Jumat, dan memperingatkan bahwa putaran berikutnya dapat melihat tarif dikenakan pada lebih dari 500 miliar dolar AS barang-barang.

"Risiko bahwa eskalasi lebih lanjut menghambat pertumbuhan telah menjaga beberapa investor berhati-hati," kata analis ANZ dalam catatan Jumat.

Sengketa perdagangan Tiongkok-AS telah mengguncang pasar keuangan termasuk saham, mata uang dan perdagangan global komoditas dari kedelai hingga batu bara selama beberapa minggu terakhir.

Keuntungan semalam dalam ekuitas Eropa dan AS, bagaimanapun, memberikan beberapa kenyamanan untuk memulai perdagangan Asia. Indeks MSCI yang lebih luas dari saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik tipis 0,05 persen, dengan beberapa dukungan dari kenaikan awal saham Korea dan Australia.

Indeks saham  Nikkei Jepang dibuka 1,1 persen lebih tinggi setelah ditutup di tingkat terendah tiga bulan pada Kamis (5/7), sementara saham Australia naik 0,2 persen. Indeks Kospi Seoul naik tipis 0,2 persen.

Dalam sesi Wall Street pada Kamis (5/7), Dow Jones Industrial Average naik 0,75 persen, S&P 500 bertambah 0,86 persen, dan Nasdaq Composite menguat 1,12 persen.

Saham-saham AS dan Eropa didorong oleh data ekonomi yang meyakinkan dari Jerman, dan ketika saham-saham produsen mobil melonjak, dengan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia akan kembali menurunkan tarif Uni Eropa pada impor mobil AS setelah Washington menawarkan untuk memangkas tarif yang diancamkan pada mobil-mobil Eropa.

Namun risalah yang baru dirilis dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve AS pada 12-13 Juni, menunjukkan para pembuat kebijakan membahas apakah resesi sudah mengintai, dan menyatakan kekhawatiran ketegangan perdagangan global dapat memukul ekonomi yang oleh sebagian besar ukuran-ukuran tampak kuat.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun tercatat pada 2,8364 persen. Imbal hasil pada surat utang dua tahun, yang naik karena ekspektasi para pedagang terhadap suku bunga Fed yang lebih tinggi, menyentuh 2,5527 persen dibandingkan dengan penutupan 2,561 persen.

Emas, yang sensitif terhadap kenaikan suku bunga, datar. Spot emas diperdagangkan pada 1.257,63 dolar AS per ounce.

Dolar sedikit melemah terhadap yen, jatuh 0,1 persen menjadi 110,54.

Mata uang tunggal naik tipis di 1,1694 dolar, sementara indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam rival utama, turun 0,1 persen menjadi 94,365.

Harga minyak naik setelah jatuh karena data pemerintah AS menunjukkan lonjakan tak terduga dalam stok minyak mentahnya.

Minyak mentah AS naik 0,2 persen pada 73,08 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent juga 0,2 persen lebih tinggi pada 77,52 dolar AS per barel.(*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018