Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Abdullah Azwar Anas dikenal sebagai bupati berusia muda yang banyak menuai prestasi dalam memajukan daerahnya, yakni Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Di tangan bupati kelahiran Banyuwangi, 6 Agustus 1973, ini daerah yang dulunya tidak memiliki prestasi apa-apa, kini banyak dikenal dan bahkan dikunjungi wisatawan Nusantara dan mancanegara. Selain objek wisatanya yang ditata dengan baik, sarana transportasi juga dibuka sejak adanya Bandara Banyuwangi yang didesain sebagai satu-satunya bandar udara hijau di Indonesia.

Meskipun demikian, Anas yang sejak muda aktif di organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ini tidak pernah puas dan berhenti belajar, baik formal untuk peningkatan kualitas pemerintahan maupun nonformal guna meningkatkan kualitas diri, khususnya secara spiritual.

Salah satu sumber ilmu kehidupan yang ditimba Anas adalah dari Sahriah (50 tahun), warga Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Sahriah adalah penerima program Rantang Kasih (distribusi makanan bergizi gratis setiap hari) dan bedah rumah.

Saat mengunjungi rumah perempuan renta yang mengidap kanker itu, Anas mengaku banyak mendapat inspirasi untuk bekal meniti kehidupan tanpa mengeluh. Bagi pria lulusan IKIP Jakarta dan Universitas Indonesia ini, Sahriah telah memberikan teladan untuk tidak gampang mengeluh di tengah keterbatasan.

"Ini jadi motivasi bagi saya untuk bekerja lebih giat. Kita semua harus belajar ke beliau. Hidup tidak boleh mengeluh," kata politikus yang pernah menjadi anggota MPR termuda yang dilantik saat usianya masih 24 tahun ini.

Suami dari Ipuk Fiestiandani dan ayah dari Ahmad Danial Azka ini mendengarkan dengan penuh haru cerita dari Sahriah. Pada kesempatan tersebut, Anas juga menyerahkan rantang berisi makanan dan uang santunan kepada Sahriah. Keduanya pun terlibat dalam obrolan.

Awalnya, Anas menanyakan apakah Sahriah menerima rantang makanan setiap hari. "Iya, Pak, saya terima kiriman rantang makanan setiap hari," kata Sahriah menjawab pertanyaan Anas.

Lewat program Rantang Kasih yang dialokasikan Rp5,5 miliar, setiap hari ribuan warga lanjut usia miskin nonproduktif menerima kiriman rantang makanan bergizi. Program ini melibatkan warung-warung rakyat di sekitar lokasi warga penerima rantang, sehingga ikut menggerakkan ekonomi setempat.

Anas juga menanyakan kondisi kesehatan Sahriah. Begitu mendengar cerita Sahriah, mata Anas berkaca-kaca. Dia beberapa kali mengusap air mata di pipinya.

Sahriah adalah pengidap kanker payudara. "Tetapi saya masih kuat mencuci baju sendiri, Pak. Saya juga masih kuat menyiram halaman," kata perempuan yang hidup seorang diri ini.

Sahriah menuturkan, selain menjadi peserta program Rantang Kasih, dirinya juga mendapat perawatan kesehatan secara berkala. "Ada petugas puskesmas dan rumah sakit yang sering datang," ujarnya.

Kepada Anas, Sahriah mengaku bersyukur masih dikaruniai umur panjang oleh Allah. Sebab, beberapa temannya sudah meninggal dunia. Rasa syukur Sahriah bertambah kala rumah yang dia tempati sudah direnovasi lewat program bedah rumah.

"Jadi, saya bisa tidur dengan nyaman. Tidak bocor kalau hujan," ucapnya.

Anas mengaku terkesan dengan semangat hidup Sahriah. "Luar biasa. Beliau kena kanker payudara, bahkan masih mengisi hari-harinya dengan aktivitas rumah tangga dengan semangat, dan tidak pernah mengeluh," tuturnya. (*)

Pewarta: Masuki M Astro

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018