Magelang (Antara) - Menerbangkan ribuan lampion oleh umat Buddha menutup rangkaian perayaan Waisak 2562 BE/2018 di pelataran Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Koordinator Dewan Kehormatan Walubi Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira di Magelang, Selasa malam, mengatakan lampion sebagai pelita diterbangkan ke langit supaya semua makhluk mendapatkan penerangan.
Ia mengatakan saat detik-detik Waisak Sang Buddha duduk bermeditasi mengalahkan nafsunya dan jauh godaannya.
Dia mencapai penyinaran sempurna, tubuhnya mengeluarkan cahaya enam warna, yakni biru, merah, kuning, putih, oranye, dan gabungan dari lima warna tersebut.
Ia menuturkan saat detik-detik Waisak itu biasa cahaya muda memancar ke segenap alam semesta. Barang siapa yang bisa duduk bermeditasi, memfokuskan pikiran dia akan menerima cahaya penerangan dari Sang Buddha.
"Bangsa kita ini bangsa yang majemuk, alangkah indahnya kalau kita semua bisa bersatu, saling berbagi, saling bersinergi satu sama lainnya, saling menghormati, bisa empati supaya bangsa ini tidak terkoyak-koyak karena perbedaan agama, ras, suku, antargolongan," katanya.
Ia mengatakan perayaan Waisak, menyadarkan umat Buddha bahwa bangsa Indonesia ini bangsa yang majemuk, harus saling menghormati, tidak boleh muncul ego pribadi maupun organisasi.
Dalam detik-detik Waisak pada pukul 21.19.13 ribuan umat Buddha melakukan meditasi dipimpin Biksu Wongsin Labhiko Mahathera.
Pada detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tiga kali dan pemercikan air berkah dan membacakan paritta jayanto dan umat bersikap anjali.
Setelah pembacaan doa-doa dalam detik-detik Waisak selesai dilanjutkan dengan pradaksina yang diikuti semua umat Buddha, yakni mengelilingi Candi Borobudur sebanyak 3 kali dan dilanjutkan dengan pelepasan lampion. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Koordinator Dewan Kehormatan Walubi Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira di Magelang, Selasa malam, mengatakan lampion sebagai pelita diterbangkan ke langit supaya semua makhluk mendapatkan penerangan.
Ia mengatakan saat detik-detik Waisak Sang Buddha duduk bermeditasi mengalahkan nafsunya dan jauh godaannya.
Dia mencapai penyinaran sempurna, tubuhnya mengeluarkan cahaya enam warna, yakni biru, merah, kuning, putih, oranye, dan gabungan dari lima warna tersebut.
Ia menuturkan saat detik-detik Waisak itu biasa cahaya muda memancar ke segenap alam semesta. Barang siapa yang bisa duduk bermeditasi, memfokuskan pikiran dia akan menerima cahaya penerangan dari Sang Buddha.
"Bangsa kita ini bangsa yang majemuk, alangkah indahnya kalau kita semua bisa bersatu, saling berbagi, saling bersinergi satu sama lainnya, saling menghormati, bisa empati supaya bangsa ini tidak terkoyak-koyak karena perbedaan agama, ras, suku, antargolongan," katanya.
Ia mengatakan perayaan Waisak, menyadarkan umat Buddha bahwa bangsa Indonesia ini bangsa yang majemuk, harus saling menghormati, tidak boleh muncul ego pribadi maupun organisasi.
Dalam detik-detik Waisak pada pukul 21.19.13 ribuan umat Buddha melakukan meditasi dipimpin Biksu Wongsin Labhiko Mahathera.
Pada detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tiga kali dan pemercikan air berkah dan membacakan paritta jayanto dan umat bersikap anjali.
Setelah pembacaan doa-doa dalam detik-detik Waisak selesai dilanjutkan dengan pradaksina yang diikuti semua umat Buddha, yakni mengelilingi Candi Borobudur sebanyak 3 kali dan dilanjutkan dengan pelepasan lampion. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018