Bondowoso (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso, Jawa Timur, terus mendorong pelaku usaha kopi di "Kota Tapai" itu menjadi pengekspor.
"Untuk mendorong pertumbuhan pengekspor di Bondowoso, kemarin kami juga telah menyosialisasikan pengembangan ekspor dengan mengundang pelaku usaha kopi dan pengekspor asal Bondowoso," kata Kabid Usaha Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Bondowoso Suhartono di Bondowoso, Kamis.
Ia mengemukakan, sangat menginginkan para pelaku usaha kopi di Bondowoso bisa menjadi eskportir dan ooleh karena itu penguatan antareskportir untuk memberdayakan masyarakat perlu dibangun.
Dengan bertambahnya para eksportir di Kabupaten Bondowoso, katanya, nantinya akan memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat setempat karena akan lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal.
"Tentunya secara otomatis pertambahan eksportir akan mampu menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat," ucapnya.
Suhartono menyebutkan, hingga saat ini di Kota Tapai itu ada enam eksportir, dan dengan penguatan antareksportir serta pelaku usaha kopi diharapkan jumlah eksportir akan terus bertambah.
"Kami juga akan menguupayakan ada bank devisa di Bondowoso, sehingga para eksportir bisa melakukan proses ekspornya di Bondowoso bukan di Surabaya," tuturnya.
Sementara salah seorang eksportir asal Bondowoso, Ismu Handoko mengatakan kunci menjadi seorang eksportir adalah memiliki Nomor Induk Kepabean (NIK), karena dengan memiliki NIK eksportir bisa mengekspor menggunakan namanya sendiri.
"Selama ini para eksportir di Bondowoso menggunakan nama ekspotir lain, karena mereka belum memiliki Nomor Induk Kepabean di Beacukai," paparnya.
Di Kabupaten Bondowoso ada beberapa komoditas ekspor milik petani yang selama ini di ekspor ke beberapa negara di Eropa dan Asia, di antaranya tembakau, kopi arabika dan robusta serta beras organik yang telah memiliki sertifikat internasional. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Untuk mendorong pertumbuhan pengekspor di Bondowoso, kemarin kami juga telah menyosialisasikan pengembangan ekspor dengan mengundang pelaku usaha kopi dan pengekspor asal Bondowoso," kata Kabid Usaha Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Bondowoso Suhartono di Bondowoso, Kamis.
Ia mengemukakan, sangat menginginkan para pelaku usaha kopi di Bondowoso bisa menjadi eskportir dan ooleh karena itu penguatan antareskportir untuk memberdayakan masyarakat perlu dibangun.
Dengan bertambahnya para eksportir di Kabupaten Bondowoso, katanya, nantinya akan memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat setempat karena akan lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal.
"Tentunya secara otomatis pertambahan eksportir akan mampu menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat," ucapnya.
Suhartono menyebutkan, hingga saat ini di Kota Tapai itu ada enam eksportir, dan dengan penguatan antareksportir serta pelaku usaha kopi diharapkan jumlah eksportir akan terus bertambah.
"Kami juga akan menguupayakan ada bank devisa di Bondowoso, sehingga para eksportir bisa melakukan proses ekspornya di Bondowoso bukan di Surabaya," tuturnya.
Sementara salah seorang eksportir asal Bondowoso, Ismu Handoko mengatakan kunci menjadi seorang eksportir adalah memiliki Nomor Induk Kepabean (NIK), karena dengan memiliki NIK eksportir bisa mengekspor menggunakan namanya sendiri.
"Selama ini para eksportir di Bondowoso menggunakan nama ekspotir lain, karena mereka belum memiliki Nomor Induk Kepabean di Beacukai," paparnya.
Di Kabupaten Bondowoso ada beberapa komoditas ekspor milik petani yang selama ini di ekspor ke beberapa negara di Eropa dan Asia, di antaranya tembakau, kopi arabika dan robusta serta beras organik yang telah memiliki sertifikat internasional. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018