Surabaya (Antaranews Jatim) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan akan mendampingi anak pelaku aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo hingga dewasa.
"Kami akan mendampingi anak-anak ini untuk menghilangkan traumatis dan doktrin ajaran salah yang selama ini mereka terima dari orang tuanya hingga dewasa," kata Ketua KPAI Susanto usai mengunjungi anak-anak dari pelaku bom di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Rabu.
Susanto menjelaskan, selama ini para anak-anak itu mendapatkan doktrin terkait ajaran radikalisme dari orang tuanya. Bahkan tontonan video terkait aksi radikalisme kerap ditunjukkan oleh orang tuanya.
Menurutnya, saat ini tren infiltrasi radikalisme sudah bergeser dari pola tradisional ke pola baru. Dari tren infiltrasi radikalisme yang dahulu melalui guru atau teman sebaya saat ini dipilih melalui pola pengasuhan.
"Ini merupakan kejahatan yang serius. Tidak boleh orang tua melakukan pengasuhan dengan diberi muatan radikalisme. Harusnya orang tua menjadi pelindung utama," katanya.
Untuk itu KPAI meminta penanganan kasus kepada anak-anak pelaku itu harus komperehensif dan dipastikan rehabilitasinya.
"Kami sepakat bahwa anak ini membutuhkan rehabilitasi yang tuntas baik dari sisi sosial, psikologis bahkan pendekatan agama. Agar anak kembali memliki pemahaman yang umum," ucapnya.
Namun, KPAI terlebih dahulu akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Jawa Timur untuk perawatan anak-anak tersebut. Hal itu terkait dengan ruang perawatan anak yang sempat terlibat ajaran radikalisme dengan disediakan ruang khusus atau tidak.
"Dalam kesepahaman proses pengasuhan mereka, dibutuhkan suatu asesmen. Yang mengasuh anak-anak ini nantinya bukan hanya keterampilan dan kompetensi terkait pengasuhannya tapi juga harus dipastikan yang mengasuh dari keluarga tidak memiliki pemikiran yang radikal," kata Susanto.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami akan mendampingi anak-anak ini untuk menghilangkan traumatis dan doktrin ajaran salah yang selama ini mereka terima dari orang tuanya hingga dewasa," kata Ketua KPAI Susanto usai mengunjungi anak-anak dari pelaku bom di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Rabu.
Susanto menjelaskan, selama ini para anak-anak itu mendapatkan doktrin terkait ajaran radikalisme dari orang tuanya. Bahkan tontonan video terkait aksi radikalisme kerap ditunjukkan oleh orang tuanya.
Menurutnya, saat ini tren infiltrasi radikalisme sudah bergeser dari pola tradisional ke pola baru. Dari tren infiltrasi radikalisme yang dahulu melalui guru atau teman sebaya saat ini dipilih melalui pola pengasuhan.
"Ini merupakan kejahatan yang serius. Tidak boleh orang tua melakukan pengasuhan dengan diberi muatan radikalisme. Harusnya orang tua menjadi pelindung utama," katanya.
Untuk itu KPAI meminta penanganan kasus kepada anak-anak pelaku itu harus komperehensif dan dipastikan rehabilitasinya.
"Kami sepakat bahwa anak ini membutuhkan rehabilitasi yang tuntas baik dari sisi sosial, psikologis bahkan pendekatan agama. Agar anak kembali memliki pemahaman yang umum," ucapnya.
Namun, KPAI terlebih dahulu akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Jawa Timur untuk perawatan anak-anak tersebut. Hal itu terkait dengan ruang perawatan anak yang sempat terlibat ajaran radikalisme dengan disediakan ruang khusus atau tidak.
"Dalam kesepahaman proses pengasuhan mereka, dibutuhkan suatu asesmen. Yang mengasuh anak-anak ini nantinya bukan hanya keterampilan dan kompetensi terkait pengasuhannya tapi juga harus dipastikan yang mengasuh dari keluarga tidak memiliki pemikiran yang radikal," kata Susanto.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018