Pamekasan (Antaranews Jatim) - Aparat Polres Pamekasan, Jawa Timur, Mingu malam menerjunkan tim gabungan ke Pondok Pesantren Al-Misdat, Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, guna mengantisipasi aksi balasan dari pihak keluarga korban dalam kasus pembacokan santri di pesantren itu.
"Pascakejadian, personel polres dan Polsek Proppo langsung kami instruksikan untuk melakukan pengamanan di sekitar lokasi kejadian dan hingga malam ini masih tertus berlangsung," kata Kapolres Pamekasan AKBP Teguh Waluyo kepada Antara.
Personel yang terjunkan langsung ke lokasi kejadian itu, merupakan personel gabungan dari Satuan Reskrim, Bagian Opnal dan Satuan Intelkam Polres Pamekasan.
Selain bertugas melakukan pengamanan, kapolres juga menginstruksikan kepada beberapa anggotanya untuk melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat dan keluarga korban agar tidak melakukan tindakan yang berpotensi memicu terjadinya aksi yang lebih besar.
"Sebab, pelaku kini telah kami tangkap, dan telah diamankan di Mapolres Pamekasan," ujarnya, menjelaskan.
Selain dari anggota polisi, pengamanan di sekitar tempat kejadian perkara dalam kasus pembacokan santri di Pondok Pesantren Al-Misdat, Dusun Barat, Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Jawa Timur itu, juga dibantu oleh sejumlah personel TNI dari Kodim 0826 Pamekasan.
Kasus pembacokan santri di pesantren yang berjarak sekitar 15 kilometer kearah barat Kota Pamekasan itu terjadi sekitar pukul 08.25 WIB dan korban mengalami luka serius. Korban berinisial BH, sedangkan pelaku berinisial AL. Keduanya sama-sama santri di pesantren itu.
Kasus pembacokan itu terjadi, akibat pelaku AL tidak terima dimarahi dan dipukul oleh korban BH yang malas membersihkan lingkungan pondok.
Di pondok Pesantren itu, BH dipercaya oleh pengasuh pesantren sebagai pengurus pada bagian keamanan dan bertanggung jawab mengawasi para santri dalam kegiatan pesantren, termasuk kegiatan tugas kebersihan pondok secara bergantian.
Saat korban sedang duduk-duduk di teras pondok, pelaku langsung menyabet korban dengan senjata tajam pada bagian perut, sehingga korban mengalami luka serius.
"Senjata yang digunakan jenis celurit dan saat ini juga telah kami sita sebagai barang bukti," kata Kapolres AKBP Teguh Wibowo, menjelaskan.
Hingga Minggu malam, situasi di sekitar lokasi kejadian perkara ramai didatangi oleh orang tua dan wali santri, terutama para orang tua dan wali santri dari pihak korban dan pelaku.
Sementara itu, berdasarkan cacatan Antara, kasus pembacokan santri di Pamekasan, Madura, Jawa Timur yang terjadi Minggu (29/4) itu merupakan kasus kedua dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini.
Kasus serupa juga terjadi pada awal Januari 2012, dengan korban atas nama Suprai, warga Dusun Rekkerek, Kecamatan Palengaan.
Supraie merupakan "colokan" (santri yang tidak tinggal di asrama pondok) di Pesantren Sumber Sari Desa Rekkerek, Kecamatan Palengaan, Pamekasan. Sebagaimana korban BH, Saupraie juga berstatus sebagai pengurus di pondok itu pada bagian keamanan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Pascakejadian, personel polres dan Polsek Proppo langsung kami instruksikan untuk melakukan pengamanan di sekitar lokasi kejadian dan hingga malam ini masih tertus berlangsung," kata Kapolres Pamekasan AKBP Teguh Waluyo kepada Antara.
Personel yang terjunkan langsung ke lokasi kejadian itu, merupakan personel gabungan dari Satuan Reskrim, Bagian Opnal dan Satuan Intelkam Polres Pamekasan.
Selain bertugas melakukan pengamanan, kapolres juga menginstruksikan kepada beberapa anggotanya untuk melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat dan keluarga korban agar tidak melakukan tindakan yang berpotensi memicu terjadinya aksi yang lebih besar.
"Sebab, pelaku kini telah kami tangkap, dan telah diamankan di Mapolres Pamekasan," ujarnya, menjelaskan.
Selain dari anggota polisi, pengamanan di sekitar tempat kejadian perkara dalam kasus pembacokan santri di Pondok Pesantren Al-Misdat, Dusun Barat, Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Jawa Timur itu, juga dibantu oleh sejumlah personel TNI dari Kodim 0826 Pamekasan.
Kasus pembacokan santri di pesantren yang berjarak sekitar 15 kilometer kearah barat Kota Pamekasan itu terjadi sekitar pukul 08.25 WIB dan korban mengalami luka serius. Korban berinisial BH, sedangkan pelaku berinisial AL. Keduanya sama-sama santri di pesantren itu.
Kasus pembacokan itu terjadi, akibat pelaku AL tidak terima dimarahi dan dipukul oleh korban BH yang malas membersihkan lingkungan pondok.
Di pondok Pesantren itu, BH dipercaya oleh pengasuh pesantren sebagai pengurus pada bagian keamanan dan bertanggung jawab mengawasi para santri dalam kegiatan pesantren, termasuk kegiatan tugas kebersihan pondok secara bergantian.
Saat korban sedang duduk-duduk di teras pondok, pelaku langsung menyabet korban dengan senjata tajam pada bagian perut, sehingga korban mengalami luka serius.
"Senjata yang digunakan jenis celurit dan saat ini juga telah kami sita sebagai barang bukti," kata Kapolres AKBP Teguh Wibowo, menjelaskan.
Hingga Minggu malam, situasi di sekitar lokasi kejadian perkara ramai didatangi oleh orang tua dan wali santri, terutama para orang tua dan wali santri dari pihak korban dan pelaku.
Sementara itu, berdasarkan cacatan Antara, kasus pembacokan santri di Pamekasan, Madura, Jawa Timur yang terjadi Minggu (29/4) itu merupakan kasus kedua dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini.
Kasus serupa juga terjadi pada awal Januari 2012, dengan korban atas nama Suprai, warga Dusun Rekkerek, Kecamatan Palengaan.
Supraie merupakan "colokan" (santri yang tidak tinggal di asrama pondok) di Pesantren Sumber Sari Desa Rekkerek, Kecamatan Palengaan, Pamekasan. Sebagaimana korban BH, Saupraie juga berstatus sebagai pengurus di pondok itu pada bagian keamanan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018