Kediri (Antaranews jatim) - Sekumpulan ibu-ibu sedang "mojok" di rumah Dianing Lestari (40), warga Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur. Mereka saling bercanda, berbincang satu dengan lainnya. Isi pembicaraannya, seputar aktivitas sehar-hari.

Namun, mereka bukan hanya sekadar "mojok", tapi sedang ikut latihan merajut. Berbekal benang dan hakpen, jarum rajut, satu demi satu pilinan benang berhasil dibentuk jadi pola yang cantik. Ada yang berbentuk tas, dompet, suka-suka mereka.

Dianing sudah lama mengadakan kelas pelatihan merajut. Model kelasnya ada yang lewat pelatihan dalam jaringan atau online dan ada yang latihan langsung. Kegiatan ini semata-mata untuk menularkan ilmunya, merajut pada setiap warga yang berminat. Rata-rata peminatnya adalah ibu rumah tangga.

Merajut, kata Dianing, bukan hanya sekadar hobi, pengisi waktu kosong, tapi sekarang justru bisa jadi pemasukan baru, untuk menambah uang belanja keluarga. Dengan hanya berbekal benang dan hakpen, bisa dibentuk menjadi aneka macam kerajinan yang unik nan cantik.

Bagi Dianing, rajut bukan hal yang baru. Sejak kecil, ia sudah kenal dengan aneka benang dan jarum rajut. Awalnya melihat tetangga yang merajut, hingga akhirnya mencoba. Awal kerajinan yang dibuatnya seperti syal, tali rambut, hingga kotak tisu.

Hobi itu terus dilakoninya. Bahkan, ketika di perguruan tinggi, merajut tetap jadi andalan. Tak jarang teman-temannya pesan aneka macam kerajinan. Hasilnya, bisa tambah uang jajan.

Setelah menamatkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi, ia sempat bekerja di koperasi, tapi kemudian memilih keluar dari tempat kerja. Setelah menikah dan punya anak, ia akhirnya memilih menekuni rajut. Awal usahanya dirintis sejak 2013.

Awalnya, ia suka merajut untuk anak-anaknya. Aneka model ia buat. Ada topi, baju, tas, dan dompet. Hasil kerajinanya, ia posting di jejaring sosial "Facebook".

Tak Disangka gayung bersambut. Sejumlah teman suka dengan aneka model rajutannya dan pesan. Hasil penjualannya, dibelikan benang dan terus ia kembangkan. Kini hobinya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.

"Uang yang saya dapat diputar lagi, dibelikan benang dibuat kerajinan. Dan, selama ini permintaan terus ada," katanya di Kediri, Sabtu.
 
 

Dianing tak menyangka, pesanan kemudian datang bejibun. Sempat kewalahan, saking banyaknya pesanan. Padahal, menyelesaikannya tidak cukup hanya sehari.

Karena sudah terbiasa, ibu dua anak ini tak kesulitan menyelesaikan pesanan. Namun, terkadang rasa penat hinggap, hingga akhirnya pesanan ia biarkan dulu.

Membuat kerajinan ini, kata Dianing, sebenarnya tidak sulit dan hanya memerlukan ketelatenan. Satu tas besar sebenarnya bisa selesai dalam waktu dua hari, namun itu masih belum dengan proses menjahitnya.

Dulu, dalam sebulan, biasanya bisa menyelesaikan sekitar tiga tas. Namun, karena tidak ingin diburu-buru pelanggan, yang meminta tas mereka segera diselesaikan, akhirnya saat ini lebih memilih menjual kerajinan yang sudah jadi.

Ia dengan leluasa membuat barang yang disukainya, entah tas, dompet. Modelnya juga beragam, termasuk besar kecil serta bahan benangnya. Harga pun juga ditentukan dari tingkat kesulitan dan jenis benangnya.

Kini, dalam satu tahun ia bisa membuat 15 kerajinan tas besar. Ia memang tidak ingin mementingkan kuantitas, tapi lebih pada kualitas. Barang itu dibuat sebaik mungkin dan rapi, sehingga pelanggan pun merasa senang.

"Saya ingin kerajinan yang saya buat kualitasnya baik. Untuk itu, saya perhatikan betul detail kerajinan termasuk proses merajut, sebab jika salah kerajinan tidak jadi," kata dia.

Kendati begitu, pesanan tetap ada. Dianing tidak pernah mengeluh. Beruntung, pelanggannya juga sabar-sabar, sebab rajut membutuhkan waktu. Satu demi satu, ia selesaikan pesanan para pelanggan, dan setelah dikirim mereka pun bangga, senang.

Dianing tidak menyangka, rajut akan mampu menjadi salah satu penopang kehidupan keluarganya. Bukan hanya pesanan yang semakin banyak, tapi yang membuatnya senang satu per satu, banyak teman, kolega mulai banyak yang ingin belajar rajut.

Tak menyiakan kesempatan, ia dengan rela berbagi cara membuat rajut. Ia juga tak capai, ketika satu per satu teman yang belajar merajut banyak bertanya, sebab rajutan yang dibuat tak sesuai pola. Ataupun, hasil akhir yang dibuat tak sesuai dengan yang diharapkan.

Kelas Daring

Kecanggihan teknologi rupanya dimanfaatkan dengan baik oleh Dianing dengan membuka kelas daring. Peminatnya juga banyak, dari berbagai kota. Itu juga memudahkan bagi mereka yang ingin belajar rajut, tapi terkendala jarak.

Bagi Dianing, membuat rajut adalah belajar kreasi. Setiap orang punya potensi menumbuhkannya, dengan catatan telaten. Ia pun terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar rajut.

Untuk kelas daring, ia mengajari cara membuat furing. Pesertanya dari berbagai daerah. Ia memberikan tutorial lewat grup di "Facebook", lalu diberikan ke peserta. Ia pun telaten ikut membantu, jika ada peserta yang masih kesulitan atur furing.
 

Setiap kali ia membuka kelas, ada sekitar 50 orang yang ikut. Kelas itu sudah dimulai sekitar dua tahun lalu. Kendati tidak gratis, yakni peserta membayar Rp50 ribu, peserta tidak keberatan.

Bukan hanya kelas online yang selalu penuh dengan peserta, kelas langsung pun juga tak kalah ramainya. Tiap akhir pekan, mereka datang ke rumahnya, di Kelurahan Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri untuk belajar. Banyak dari mereka yang mulai dari nol, belajar hingga bisa membuat kerajinan.

Ia awalnya memberikan gratis untuk kursus, tapi akhirnya memberikan biaya. Hanya Rp30 ribu per satu model, untuk tiga kali tatap muka. Relatif sangat terjangkau. Selain dapat ilmu, juga salinan model aneka rajut.

Dianing merasa senang jika yang sudah belajar ke rumah. Baginya, ketika orang bisa merajut, bahkan bisa punya penghasilan dari yang ia pelajari, ia sangat suka.

Baginya, seorang ibu rumah tangga juga tidak hanya mengurus keluarga, anak-anak, tapi juga iktu bertanggungjawab pada keluarga, salah satunya soal materi. Ketika ibu rumah tangga bisa punya penghasilan sendiri, bisa meringankan beban suami.

"Merajut itu seperti aktualisasi diri. Pokok ilmunya bisa bermanfaat. Dan, intinya bisa berbagi walaupun ilmu pengetahuan," kata dia.

Sejumlah teman-temannya mengaku sangat senang bisa belar rajut. Lilik Umiyati, salah satunya. Pegawai Pemerintah Kota Kediri itu mengaku belajar merajut sudah sekitar 2-3 tahun. Awalnya, ada sejumlah teman yang membawa rajutan ke kantor, karena unik ia mau belajar.

Tapi, karena latihan kurang maksimal, akhirnya ia dikenalkan dengan Dianing. Dari situlah, akhirnya bisa belajar aneka model. Ia kini bisa buat tas dan aneka dompet. Bahkan di rumah ada sekitar 10 kerajinan yang sudah jadi, tapi tidak untuk dijual.

"Saya buat sendiri, bahkan anak juga ikut suka rajut," kata dia.

Eva, peserta lainnya mengaku sudah belajar merajut sejak tiga tahun lalu. Ia selama ini juga hanya buat untuk keluarga, anak-anaknya. Kendati sudah lama belajar, kadang bingung untuk mengawali.

Kampung Rajut

Kini, usaha yang dirintis Dianing semakin luas. Bukan hanya membuka kelas rajut baik lewat daring dan langsung, namun juga sedia aneka stok benang. Ada yang prolene, nilon sembur, poly, dan aneka benang lainnya. Harganya juga beragam ada yang Rp11 ribu bahkan Rp55 ribu per satu gulung besar.

Permintaan benang juga semakin banyak. Dalam satu bulan, perputaran uangnya bisa hingga Rp30 juta. Ia berharap ke depan bisa lebih berkembang lagi.

Dianing juga bermimpi jika ke depan ada kampung rajut. Kediri bukan hanya terkenal dengan kampung tenun ikat, tapi ada kerajinan lainnya, yakni rajut. Di situ, banyak warga terutama ibu rumah tangga yang belajar dan bisa merajut. Bukan hanya menyalurkan hobi, tapi bisa jadi pemasukan uang keluarga.

"Ke depan ada kampung rajut. Ini sekaligus bisa jadi destinasi wisata, meningkatkan perekonomian mereka," kata dia.

Rajut, kata dia, bukan hanya identik dengan orang tua, tapi banyak perempuan, ibu rumah tangga, bahkan anak-anak tertarik belajar.

Bahkan, perangkat pun juga peduli dengan memberikan pelatihan merajut. Lewat program pemberdayaan masyarakat (Prodamas) ia pernah diundang jadi mentor, memberikan pelatihan ibu-ibu di Kelurahan Semampir, Kota Kediri.

Terkait dengan harga, pemilik merek "Craft by dianing" ini mengaku produk yang dijualnya beragam mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. Untuk tas, harga yang diberikan mulai Rp150 ribu, tergantung model serta jenis benangnya.

Dianing sangat berharap, ke depan akan semakin banyak perangkat yang peduli dengan memberikan pelatihan kerajinan tangan pada warga. RT pun, juga dipersilakan untuk membuat beragam program, dengan memanfaatkan prodamas.

Prodamas adalah program Pemkot Kediri, dimana per RT diberikan anggaran hingga Rp50 juta per tahun. Selain untuk infrastruktur, juga diperbolehkan untuk ekonomi dan sosial, tergantung kebutuhan di setiap RT.

Namun, untuk program pelatihan kerajinan tangan yang diselenggarakan Pemkot Kediri secara langsung, ia belum pernah tahu. Ia berharap, pemerintah juga perhatian pada pengusaha kecil seperti dirinya, sehingga diberi kesempatan bisa terus berkembang.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Kediri Apip Permana mengatakan, pemerintah sebenarnya mendukung penuh masyarakat berwirausaha. Berbagai dukungan dilakukan misalnya dengan pameran serta dukungan bantuan modal.

"Pemerintah sangat mendukung masyarakat berwirausaha. Ada banyak program mendukungnya, misalnya pameran," kata dia.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Kediri Solihin juga menegaskan, kadin juga turut serta mendorong masyarakat untuk berwirausaha. Di Kota Kediri, ada sekitar 32 ribu UMKM yang terdata.

Kadin juga sudah punya beragam jadwal untuk berkunjung ke sejumlah kota, bertemu para pengusaha untuk persiapan pameran. Produk unggulan UMKM di Kota Kediri dipamerkan saat kegiatan di sana, sehingga bisa lebih dikenal.

Solihin sangat menekankan agar beragam produk dan kerajinan asal Kota Kediri tidak hanya dikenal di dalam kota, tapi hingga luar kota. Bahkan, jika ada kesemapatan bisa dikenal hingga internasional.

"Jangan sampai hanya di kandang sendiri saja, harus bisa naik kelas ke tingkat nasional dan internasional," kata Solihin.

Sebenarnya, kata dia, produk Indonesia sangat disukai oleh pembeli dari luar negeri, terutama kerajinan tangan. Sedangkan, untuk aneka makanan juga bagus, tapi yang banyak adalah kerajinan. Ia berharap, ke depan perajin rajut di Kota Kediri bisa semakin banyak dan semakin beragam kerajinan yang dibuatnya. (*)
Video Oleh Asmaul Chusna
 




 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018