Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Jawa Timur, akan menggelar "workshop"  atau lokakarya dan pergelaran Wayang Thengul yang diikuti 10 dalang  untuk meningkatkan kemampuannya dalam menggelar pementasan, pada 13-15 April.

Kepala Bidang Budaya Disbupar Bojonegoro Taufiq Amrullah, di Bojonegoro, Kamis, menjelaskan "workshop" dan pergelaran Wayang Thengul akan diikuti 10 dalang dengan mendatangkan nara sumber dosen pedalangan asal Surabaya Darmono.

Dalam "workshop", lanjut dia, nara sumber akan memberikan materi terkait pengembangan mendalang agar bisa semakin menarik masyarakat.

"Usai acara akan dilanjutkan pergelaran bersama 10 dalang Wayang Thengul selama dua hari di objek wisata Kayangan Api," kata dia menjelaskan.

Hanya saja, kata dia, pementasan bersama itu waktunya dibatasi untuk seorang dalang masing-masing 1 jam dengan mengacu pementasan perkeliran padat.

Sesuai daftar 10 dalang Wayang Thengul yang mengikuti "workshop dan pergelaran yaitu Sudarno, Dasari, Ponidi, Suntoro, Parwito, Suwarno, Sutopo, Santoso, Lasmijan, dan Sumardji.

"Jumlah dalang Wayang Thengul cukup banyak, tetapi yang menekuni dan sering pentas di masyarakat sekitar enam dalang. Dalang yang paling laris Mardji Marto Deglek, selain Sudarno, Ponidi dan Suntoro," ucapnya menjelaskan.

Ia menambahkan adanya "workshop" dan pergelaran bersama itu akan semakin menambah wawasan dalang Wayang Thengul di daerahnya, sehingga semakin diminati masyarakat.

"Saat ini minat masyarakat menanggap pergelaran Wayang Thengul terus meningkat," ucapnya menegaskan.

Dalang Wayang Thengul di Bojonegoro Mardji Marto Deglek, menjelaskan pesanan pentas ditanggap masyarakat rata-rata dalam sebulan sekitar delapan kali, dengan penanggap tidak hanya lokal, tapi juga luar daerah.

"Biaya menanggap Wayang Thengul lengkap, mulai perlengkapan Wayang Thengul, gamelan juga penabuhnya berkisar Rp5-Rp7 juta/semalam," ucap dalang lainnya Ponidi, dibenarkan Mardji Marto Deglek.

Kisah cerita Wayang Thengul, yang diminati masyarakat, antara lain, sejarah Kerajaan Majapahit, sejarah Minak, juga masuknya Agama Islam ke Tanah Jawa.

"Kebanyakan masyarakat menanggap Wayang Thengul untuk "ruwatan", karena memiliki anak satu," ucap Mardji menambahkan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018