New York (Antaranews Jatim) - Pimpinan Facebook, Mark Zuckerberg, berencana untuk memberi kesaksian di hadapan Kongres Amerika Serikat, setelah perusahaan tersebut ditekan berbagai pihak mengenai kebocoran data 50 juta pengguna dan dimanfaatkan oleh konsultan politik.
Juru bicara Komite Energi dan Perdagangan, Elena Hernandez menyatakan "komite terus bekerja sama dengan Facebook untuk menentukan hari dan waktu agar Zuckerberg dapat bersaksi", dilansir dari Reuters, Selasa (27/3).
Di hari yang sama, Zuckerberg menolak undangan regulator Inggris Raya untuk menjelaskan peristiwa tersebut kepada parlemen.
Facebook menyatakan sudah menerima undangan untuk ke Kongres, mereka akan mengirim salah seorang deputinya, dikabarkan CTO Mike Schroepfer atau Chief Product Office Chris Cox untuk menjawab pertanyaan kompleks kasus tersebut.
Pembuat kebijakan di AS dan Eropa meminta Facebook untuk memberi tahu perlindungan data mereka setelah seorang whistleblower, Christopher Wylie, menyatakan konsultan Cambridge Analytica menggunakan data tersebut untuk pemilu AS dan Inggris Raya.
Zuckerberg melalui surat kabar di AS dan Inggris Raya menyatakan aplikasi yang dibuat oleh akademisi "membocorkan data jutaan pengguna Facebook pada 2014". Dia meminta maaf atas peristiwa tersebut dan berjanji untuk membatasi akses pengembang kepada informasi pengguna, sebagai bagian dari perlindungan data. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Juru bicara Komite Energi dan Perdagangan, Elena Hernandez menyatakan "komite terus bekerja sama dengan Facebook untuk menentukan hari dan waktu agar Zuckerberg dapat bersaksi", dilansir dari Reuters, Selasa (27/3).
Di hari yang sama, Zuckerberg menolak undangan regulator Inggris Raya untuk menjelaskan peristiwa tersebut kepada parlemen.
Facebook menyatakan sudah menerima undangan untuk ke Kongres, mereka akan mengirim salah seorang deputinya, dikabarkan CTO Mike Schroepfer atau Chief Product Office Chris Cox untuk menjawab pertanyaan kompleks kasus tersebut.
Pembuat kebijakan di AS dan Eropa meminta Facebook untuk memberi tahu perlindungan data mereka setelah seorang whistleblower, Christopher Wylie, menyatakan konsultan Cambridge Analytica menggunakan data tersebut untuk pemilu AS dan Inggris Raya.
Zuckerberg melalui surat kabar di AS dan Inggris Raya menyatakan aplikasi yang dibuat oleh akademisi "membocorkan data jutaan pengguna Facebook pada 2014". Dia meminta maaf atas peristiwa tersebut dan berjanji untuk membatasi akses pengembang kepada informasi pengguna, sebagai bagian dari perlindungan data. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018