Surabaya, 19/3 (Antara) - Pemerintah Jepang memperkenalkan kebudayaan di wilayah Tohoku melalui pameran karya-karya fotografi asal daerah setempat, yang salah satunya dipamerkan di Galeri Seni Orasis, Jalan HR Muhammad, Surabaya.
"Tohoku adalah sebuah tempat di Jepang, yang meliputi prefektur Akita, Aomori, Fukushima, Iwate, Miyagi dan Yamagata. Berlokasi di Pulau Honshu, yang merupakan pulau terluas di Kepulauan Jepang," ujar Assistant Director Japan Foundation Kato Daisuke, saat dikonfirmasi di sela pembukaan pameran di Surabaya, Senin malam.
Tohoku sempat menjadi pusat perhatian dunia saat gempa besar berkekuatan 9 ,0 skala richter mengguncang wilayah ini di tahun 2011. Saat itu 20 ribu penduduk setempat diberitakan meninggal dunia, sebagaian besar di antaranya hingga kini masih dinyatakan hilang.
"Tapi dalam pameran fotografi ini kami sama sekali tidak menampilkan gambar-gambar kerusakan maupun kesedihan Tohoku akibat bencana gempa tersebut," katanya.
Pameran bertajuk "Tohoku through the Eyes of Japanese Photographers", yang terbuka untuk umum hingga tanggal 20 Maret mendatang itu, lebih menonjolkan karya-karya fotografi yang menggambarkan iklim, lingkungan alam, budaya, sejarah, serta cara hidup masyarakat setempat.
Terdapat sembilan fotografer yang karya-karyanya dipamerkan, yaitu Teisuke Chiba, Ichira Kojima, Hideo Haga, Masatoshi Naito, Hiroshi Oshima, Meiki Lin, Masaru Tatsuki, Nao Tsuda, dan Naoya Hatakeyama.
Selain sembilan fotografer tersebut juga terdapat karya-karya dari kelompok fotografer "Sendai Collection" yang turut dipamerkan.
"Para fotografer ini menampilkan karya-karya yang mewakili berbagai generasi masyarakat Tohoku, yaitu mulai tahun 1940-an hingga sekarang," ucap Kato.
Karya-karya yang ditampilkan Teisuke Chiba, Ichiro Kojima dan Hideo Haga, misalnya, menggambarkan Tohoku, mulai dari keindahan alam, budaya, serta beragam aktivitas masyarakatnya di era tahun 1940 hingga 1960-an.
Sedangkan karya-karya dari fotografer Meiki Lin, Masaru Tatsuki dan Naoya Hatakeyama menggambarkan Tohoku di era tahun 2000-an.
Selain itu fotografer Masatoshi Naito lebih banyak menggambarkan festival-festival kebudayaan yang sering digelar oleh masyarakat Tohoku sejak era 1970 hingga 2000-an.
"Tohoku dari dulu bukanlah tempat tujuan wisata. Sampai sekarang pun kami tidak ingin mengubahnya menjadi tempat alternatif wisata di Jepang. Melalui pameran fotografi ini kami cuma ingin menyuguhkan pertukaran kebudayaan Tohoku bagi masyarakat Indonesia," ujar Kato. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Tohoku adalah sebuah tempat di Jepang, yang meliputi prefektur Akita, Aomori, Fukushima, Iwate, Miyagi dan Yamagata. Berlokasi di Pulau Honshu, yang merupakan pulau terluas di Kepulauan Jepang," ujar Assistant Director Japan Foundation Kato Daisuke, saat dikonfirmasi di sela pembukaan pameran di Surabaya, Senin malam.
Tohoku sempat menjadi pusat perhatian dunia saat gempa besar berkekuatan 9 ,0 skala richter mengguncang wilayah ini di tahun 2011. Saat itu 20 ribu penduduk setempat diberitakan meninggal dunia, sebagaian besar di antaranya hingga kini masih dinyatakan hilang.
"Tapi dalam pameran fotografi ini kami sama sekali tidak menampilkan gambar-gambar kerusakan maupun kesedihan Tohoku akibat bencana gempa tersebut," katanya.
Pameran bertajuk "Tohoku through the Eyes of Japanese Photographers", yang terbuka untuk umum hingga tanggal 20 Maret mendatang itu, lebih menonjolkan karya-karya fotografi yang menggambarkan iklim, lingkungan alam, budaya, sejarah, serta cara hidup masyarakat setempat.
Terdapat sembilan fotografer yang karya-karyanya dipamerkan, yaitu Teisuke Chiba, Ichira Kojima, Hideo Haga, Masatoshi Naito, Hiroshi Oshima, Meiki Lin, Masaru Tatsuki, Nao Tsuda, dan Naoya Hatakeyama.
Selain sembilan fotografer tersebut juga terdapat karya-karya dari kelompok fotografer "Sendai Collection" yang turut dipamerkan.
"Para fotografer ini menampilkan karya-karya yang mewakili berbagai generasi masyarakat Tohoku, yaitu mulai tahun 1940-an hingga sekarang," ucap Kato.
Karya-karya yang ditampilkan Teisuke Chiba, Ichiro Kojima dan Hideo Haga, misalnya, menggambarkan Tohoku, mulai dari keindahan alam, budaya, serta beragam aktivitas masyarakatnya di era tahun 1940 hingga 1960-an.
Sedangkan karya-karya dari fotografer Meiki Lin, Masaru Tatsuki dan Naoya Hatakeyama menggambarkan Tohoku di era tahun 2000-an.
Selain itu fotografer Masatoshi Naito lebih banyak menggambarkan festival-festival kebudayaan yang sering digelar oleh masyarakat Tohoku sejak era 1970 hingga 2000-an.
"Tohoku dari dulu bukanlah tempat tujuan wisata. Sampai sekarang pun kami tidak ingin mengubahnya menjadi tempat alternatif wisata di Jepang. Melalui pameran fotografi ini kami cuma ingin menyuguhkan pertukaran kebudayaan Tohoku bagi masyarakat Indonesia," ujar Kato. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018