Surabaya (Antaraews Jatim) - PT Pelindo III menyertifikasi sedikitnya 500 pekerja bongkar muat yang bertugas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, agar memenuhi standar internasional.
Director of Human Capital Pelindo III, Toto Heli Yanto, di Surabaya, Jumat, mengatakan program sertifikasi pekerja bongkar muat dilakukan karena banyaknya kapal asing yang sandar di pelabuhan-pelabuhan yang dikelola Pelindo III.
"Kapal-kapal itu perlu ditangani oleh tenaga kerja yang bersertifikasi, sehingga kami dari Pelindo III melakukan upaya tersebut," kata Toto dalam keterangan persnya.
Selain itu, kata dia, sertifikasi juga untuk peningkatan kompetensi pekerja bongkar muat, agar mampu menjaga kinerja pelabuhan tetap efisien, dan yang paling utama menjamin kesehatan dan keselamatan kerja (K3) operasional di pelabuhan.
"K3 ini tidak hanya demi pekerja operasional di terminal, tetapi juga untuk pengguna jasa, mulai dari kru kapal hingga pemilik barang," tuturnya.
President Director Pelindo Daya Sejahtera (PDS), Ali Sodikin mengatakan program sertifikasi diawali dengan pemberian pelatihan dasar oleh "Improvement Center Pelindo" III (ICP) yang dikelola anak usaha di bidang ketenagakerjaan.
"ICP bekerja sama dengan Politeknik Pelayaran Surabaya untuk pelaksanaan di Surabaya dan dengan Politeknik Pelayaran Semarang untuk sertifikasi di Semarang," katanya.
Sementara kegiatan sertifikasi digelar selama sembilan hari dari tanggal 12-21 Maret 2018 dan dibagi dalam 10 kelompok, dengan setiap kelompok maksimal diikuti oleh 50 peserta untuk menjaga agar pemberian materi tetap komprehensif.
Ali mengakui, sertifikasi merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang diberikan kepada Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang ada di pelabuhan.
Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Surabaya, Dwi Haryanto mengatakan, sertifikasi pekerja bongkar muat menggunakan standar yang merujuk pada konvensi internasional.
"Kami apresiasi langkah yang diambil Pelindo III, karena mendukung program pemerintah. Pekerja bongkar muat harus aktif meningkatkan kompetensi dan sertifikasi, agar daya saingnya tidak kalah atau bahkan tergantikan oleh pekerja asing," katanya.
SVP HC Services Pelindo III Edi Priyanto mengakui, pelatihan dan sertifikasi pekerja bongkar muat merupakan tindakan preventif, dan mutlak untuk dilakukan.
Sebab, kata dia, Pelindo III sudah menggaungkan budaya keselamatan kerja dan nol terhadap kecelakaan kerja.
Ia berharap, pekerja bongkar muat yang sudah tersertifikasi dapat menularkan kebiasaan bekerja atau menjadi agen perubahan di lingkungan kerjanya.
"Sehingga transformasi Pelindo III yang berfokus pada aspek people, process, and technology dapat terus berkelanjutan karena berjalan bersama karena saling mendukung satu sama lain," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Director of Human Capital Pelindo III, Toto Heli Yanto, di Surabaya, Jumat, mengatakan program sertifikasi pekerja bongkar muat dilakukan karena banyaknya kapal asing yang sandar di pelabuhan-pelabuhan yang dikelola Pelindo III.
"Kapal-kapal itu perlu ditangani oleh tenaga kerja yang bersertifikasi, sehingga kami dari Pelindo III melakukan upaya tersebut," kata Toto dalam keterangan persnya.
Selain itu, kata dia, sertifikasi juga untuk peningkatan kompetensi pekerja bongkar muat, agar mampu menjaga kinerja pelabuhan tetap efisien, dan yang paling utama menjamin kesehatan dan keselamatan kerja (K3) operasional di pelabuhan.
"K3 ini tidak hanya demi pekerja operasional di terminal, tetapi juga untuk pengguna jasa, mulai dari kru kapal hingga pemilik barang," tuturnya.
President Director Pelindo Daya Sejahtera (PDS), Ali Sodikin mengatakan program sertifikasi diawali dengan pemberian pelatihan dasar oleh "Improvement Center Pelindo" III (ICP) yang dikelola anak usaha di bidang ketenagakerjaan.
"ICP bekerja sama dengan Politeknik Pelayaran Surabaya untuk pelaksanaan di Surabaya dan dengan Politeknik Pelayaran Semarang untuk sertifikasi di Semarang," katanya.
Sementara kegiatan sertifikasi digelar selama sembilan hari dari tanggal 12-21 Maret 2018 dan dibagi dalam 10 kelompok, dengan setiap kelompok maksimal diikuti oleh 50 peserta untuk menjaga agar pemberian materi tetap komprehensif.
Ali mengakui, sertifikasi merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang diberikan kepada Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang ada di pelabuhan.
Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Surabaya, Dwi Haryanto mengatakan, sertifikasi pekerja bongkar muat menggunakan standar yang merujuk pada konvensi internasional.
"Kami apresiasi langkah yang diambil Pelindo III, karena mendukung program pemerintah. Pekerja bongkar muat harus aktif meningkatkan kompetensi dan sertifikasi, agar daya saingnya tidak kalah atau bahkan tergantikan oleh pekerja asing," katanya.
SVP HC Services Pelindo III Edi Priyanto mengakui, pelatihan dan sertifikasi pekerja bongkar muat merupakan tindakan preventif, dan mutlak untuk dilakukan.
Sebab, kata dia, Pelindo III sudah menggaungkan budaya keselamatan kerja dan nol terhadap kecelakaan kerja.
Ia berharap, pekerja bongkar muat yang sudah tersertifikasi dapat menularkan kebiasaan bekerja atau menjadi agen perubahan di lingkungan kerjanya.
"Sehingga transformasi Pelindo III yang berfokus pada aspek people, process, and technology dapat terus berkelanjutan karena berjalan bersama karena saling mendukung satu sama lain," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018